Jakarta (Kemenag) – Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Amien Suyitno, menegaskan pentingnya optimalisasi potensi filantropi Islam sebagai solusi konkret menghadapi tantangan kemanusiaan dan pendidikan global. Hal ini disampaikannya seacara daring melalui Zoom Meeting dalam Seminar Internasional bertema “Holistic Transformation in Economy and Environment” Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Raden Fatah Palembang yang digelar pada Kamis, (26/6/2025).
Dalam paparannya, Dirjen menyebut bahwa ekonomi Islam memiliki kekuatan besar dalam menghadirkan keadilan sosial melalui instrumen-instrumen seperti zakat, wakaf, dan dana sosial keagamaan lainnya.
“Menurut riset Balitbang 2024, potensi filantropi Islam bisa mencapai lebih dari Rp327 triliun per tahun. Ini bukan angka kecil. Namun sayangnya, kita masih bicara sebatas potensi, belum menjadi kekuatan nyata,” tegasnya.
Dirjen Pendis juga mengajak seluruh elemen, termasuk dunia pendidikan tinggi, untuk membangun ekosistem kolaboratif. “Kita perlu mendorong institusi wakaf, perbankan syariah, dan BUMN masuk dalam ekosistem filantropi Islam. Perguruan tinggi, khususnya FEBI, harus ambil bagian secara praktis, bukan hanya dalam tataran etis dan normatif,” imbuhnya.
Wakil Rektor I UIN Raden Fatah, Munir, menegaskan bahwa seminar ini menjadi ruang strategis dalam merumuskan kontribusi pendidikan Islam terhadap pembangunan berkelanjutan. “Kita harus menjadi agent of change, bukan sekadar agent of continuity. Mahasiswa harus mampu menjawab tantangan zaman, membumikan nilai-nilai luhur Islam dalam konteks kekinian,” ujarnya.
Sementara itu, Dekan FEBI UIN Raden Fatah Palembang, Maya Panorama, menyampaikan komitmennya dalam menjadikan FEBI sebagai pusat keunggulan ekonomi Islam yang berkelas dunia. “Seminar ini adalah bagian dari internasionalisasi kampus. Kita ingin mahasiswa menjadi penggerak perubahan sosial dan ekonomi, tidak hanya berpikir lokal, tapi bertindak global,” kata Maya.
Kegiatan ini juga dihadiri para akademisi dari dalam dan luar negeri, termasuk Prof. Dr. Zuraidah Mohamad Sanusi (Malaysia) dan Datuk Buyung Agustinata, Ph.D. (Arizona State University), serta ratusan mahasiswa dan dosen dari berbagai perguruan tinggi Islam di Indonesia.
Bagikan: