Yogyakarta (Pendis) - Kementerian Agama (Kemenag) RI sesuai konstitusi terus berupaya dan berkomitmen kuat memberikan layanan pendidikan tanpa diskriminatif dan setara untuk semua.
Hal ini perlu diwujudkan dengan memberikan dukungan anggaran dan/atau bantuan pendanaan, penyediaan sarana prasarana, penyiapan dan penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan, serta penyediaan kurikulum akomodatif yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik penyandang disabilitas.
Demikian disampaikan oleh Plt. Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD-Pontren) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Waryono Abdul Ghofur saat membuka kegiatan Penguatan kompetensi tenaga pendidik (tendik) pendamping inklusi pondok pesantren di Yogyakarta pada Rabu (04/10/2023) malam.
Waryono menyampaian apresiasi terhadap Subdirektorat Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah (PMDT) yang telah menggelar kegiatan penguatan tendik inklusi tersebut. Menurutnya, hal ini sebagai wujud dalam memperkuat pola pendidikan inklusi di Pontren.
"Pendidikan inklusi di pondok pesantren dapat diwujudkan apabila tendik pendamping memiliki strategi pembelajaran yang relevan bagi santri, termasuk peserta didik dengan kebutuhan khusus atau difabel - different ability," ujar Waryono secara virtual melalui zoom meeting, Rabu (04/10/2023).
Pembekalan kepada tendik ini, menurutnya ditujukan agar tendik dan pendamping memiliki strategi pembelajaran yang tidak hanya sebatas visual atau audio relevan dengan segala kondisi peserta didik atau santri, seperti kondisi tunanetra, tuli dan sebagainya.
Selain itu kata Waryono, pola manajemen kelas dan kecakapan guru dalam menyalurkan materi harus sesuai dengan perkembangan zaman. Menurutnya, kebutuhan setiap santri berbeda-beda, sehingga tendik harus bisa memahami betul karakter santri berkebutuhan khusus dan mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki setiap santri serta mengembangkannya menjadi bakat luar biasa.
Waryono juga menegaskan publikasi terkait pendidikan inklusi juga perlu dimassifkan terutama pada ABK yang memiliki prestasi yang membanggakan.
"Penguatan ini sangat penting dilaksanakan, karena tentunya pembelajaran kepada anak berkebutuhan khusus juga memiliki metode pembelajaran yang khusus pula," katanya.
"Jangan sampai tidak ada perbedaan antara siswa biasa dengan ABK," sambungnya
Waryono berharap peserta penguatan tendik inklusi yang mengikuti kegiatan tersebut dapat menjadi pionir dan vocal point di masing-masing tempatnya. Beliau juga berharap agar segera terbentuk kelompok kerja guru inklusi khususnya di dunia pondok pesantren.
Menanggapi arahan Plt. Direktur PD Pontren, Kepala Subdirektorat PDMT, Siti Sakdiyah menegaskan bahwa pihaknya akan segera menyusun juknis menyusun juknis short course pendamping inklusi untuk diajukan melalui skema anggaran dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Dengan short couse ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan kompetensi dalam pendampingan santri berkebutuhan khusus.
Sakdiyah yang juga merupakan sekretaris Pokja Pendis Inklusi Kementerian Agama ini berharap para guru, tendik dan pendamping dari pondok pesantren, MDT dan PQ yang memiliki santri-santri berkebutuhan khusus akan mendapatkan penguatan sehingga dapat melayani santri-santri berkebutuhan khusus dalam memperoleh hak pendidikannya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Pondok Pesantren dan MDT Kanwil Kemenag DIY, Abdu Naim menyampaikan apresiasi terhadap terobosan yang luar biasa dalam melakukan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Beliau juga mengungkapkan rasa terimakasih atas dipilihnya Yogyakrta sebagai tuan rumah.
"Mudah-mudahan apa yang menjadi harapan kita semua dapat terlaksana dengan baik dan harapannya ke depan semakin banyak akses untuk pendanaan program pendidikan inklusi ini, khususnnya di pondok pesantren," tuturnya.
Kegiatan ini turut menghadirkan tim pokja inklusi, tim penyusun roadmad Pengembangan Pendidikan Inklusi pada Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, perwakilan dari Kantor Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta dan diikuti oleh perwakilan pendidik Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT), Pondok Pesantren serta Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) di Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Bagikan: