Yogyakarta (Pendis) - Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) turut menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara 10 PTKIN dengan The University of Newcastle Australia di bidang penguatan studi keluarga (Family Studies) yang berlangsung di kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin (28/01). Hadir mewakili Direktur PTKI, Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Suwendi, dan 10 pimpinan PTKIN yang terlibat, yakni 9 UIN (Yogyakarta, Sumatera Utara, Palembang, Semarang, Mataram, Aceh, Makasar, Surabaya dan Malang), serta 1 IAIN Surakarta, Jawa Tengah.
Rektor UIN Yogyakarta, Yudian W. Asmin, dalam pengantarnya menyatakan bahwa pasca terbitnya regulasi tentang Akreditasi Perguruan Tinggi yang baru, pimpinan PTKI harus berfikir inovatif untuk menyelenggarakan sejumlah inisiasi kolaborasi di bidang penguatan akademis dengan sejumlah instansi luar negeri, termasuk kolaborasi riset, short course, atau penerbitan jurnal dengan perguruan tinggi Universitas Newcastle Australia. "Hari ini kita lakukan penandatanganan MoU ini agar PTKI benar-benar semakin berkualitas dan meraih yang terbaik," ungkap guru besar jebolan Harvard Law School, Amerika Serikat.
Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Suwendi, dalam sambutannya menyatakan bahwa orientasi PTKI ke depan harus pada peningkatan mutu, relevansi dan daya saing. "Perluasan akses dalam tingkat tertentu tetap dilakukan, tetapi perhatian pimpinan PTKI pada isu penguatan mutu, relevansi dan daya saing itu harus menjadi prioritas utama," ungkap Suwendi. Untuk itu, ke depan konsentrasi di bidang kolaborasi riset, penguatan kapasitas SDM, dan publikasi karya-karya ilmiah serta ketergunaan lulusan PTKI terhadap dunia kerja perlu dilakukan.
Diakui oleh Suwendi, kondisi dosen PTKI saat ini perlu afirmasi program yang memadai, mengingat jumlah guru besar PTKIN baru sekitar 4% dari sekitar 12 ribu dosen PTKIN. "Direktorat PTKI mendorong kerjasama dengan Newcastle ini, guna terjadinya peningkatan kapasitas dosen PTKI, terutama melalui short course riset dan publikasi ilmiah. Sebab, biasanya dosen terkendala dengan laporan penelitian dan karya-karya ilmiah yang terpublikasi pada jurnal sehingga mereka tidak memenuhi kriteria penilaian angka kredit fungsional dosen, akhirnya mentok, tidak naik ke jabatan fungsional yang lebih tinggi," ungkap doktor UIN Jakarta itu.
Dijelaskan oleh pihak University of Newcastle, Alan Hayes, bahwa program ini akan melahirkan dosen-dosen studi keluarga di UIN dan IAIN yang memiliki penguatan riset dan karya ilmiah yang terpublikasi di jurnal internasional. "Mereka akan dilatih selama 4 (empat) bulan di Australia dengan mekanisme kolaborasi antara UIN atau IAIN dengan kampus kami. Untuk itu, kami menyampaikan terimakasih kepada Kementerian Agama dan pimpinan kampus UIN dan IAIN," ungkap guru besar University of Newcastle. (S-1/Dod)
Bagikan: