Yogyakarta (Kemenag) – Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama, Sahiron, menegaskan pentingnya menjadikan Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai kekuatan solutif dalam menjawab tantangan global, termasuk krisis ekologi. Hal ini ia sampaikan saat membuka Annual Conference on Islamic Religious Education (AICIRE) sekaligus Musyawarah Nasional Perkumpulan Program Studi Pendidikan Agama Islam Indonesia (PPPAII) di University Hotel, Yogyakarta, Senin (28/2/2025).
Konferensi tahun ini mengusung tema “Transformasi PAI Menuju Ketahanan Ekologi”, yang dinilai Sahiron sangat relevan dengan arah kebijakan Kementerian Agama dalam menjadikan agama sebagai motor penggerak solusi atas persoalan zaman, mulai dari krisis lingkungan hingga kemanusiaan.
“Visi PPPAII sangat sejalan dengan semangat Kemenag dalam menjadikan agama sebagai kekuatan transformatif. Agama tidak boleh hanya menjadi simbol atau dogma, tapi harus hadir memberikan solusi konkret terhadap persoalan umat, termasuk krisis ekologi yang kita hadapi hari ini,” ujar Guru Besar UIN Sunan Kalijaga ini di hadapan para peserta konferensi.
Prof. Sahiron juga mendorong agar asosiasi keilmuan seperti PPPAII terus memperluas kontribusinya, tak hanya dalam diskursus akademik tetapi juga dalam ranah praksis sosial dan penguatan karakter bangsa.
“PPPAII bisa menjadi model bagi asosiasi keilmuan lain. Peran mereka tidak boleh berhenti di ruang kelas dan jurnal ilmiah, tapi harus menembus ruang-ruang sosial, menguatkan nilai-nilai karakter dan moral masyarakat,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Umum PPPAII, Prof. Dr. Eva Latipah, S.Ag., S.Psi., M.Si., menegaskan bahwa PPPAII merupakan asosiasi keilmuan PAI terbesar di Indonesia, menaungi 465 program studi PAI dari jenjang sarjana hingga doktoral, yang tersebar di universitas, institut, dan sekolah tinggi keagamaan Islam.
“Penguatan keilmuan dan kelembagaan menjadi dua pilar utama kerja PPPAII. Kini saatnya kita memperkuat solidaritas keilmuan nasional sekaligus membangun jejaring internasional, agar PAI mampu tampil kontekstual dan visioner di era perubahan global,” tegas Prof. Eva.
Bagikan: