Malang (Pendis) - Pekan Ilmiah, Olahraga, Seni dan Riset (PIONIR) IX telah digelar pada 15 s/d 21 Juli 2019 di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Menyisakan cerita perjuangan dan pengorbanan layaknya pahlawan.
Diantara 58 PTKIN peserta PIONIR, ada 4 PTKIN datang paling awal dan dan pulang paling akhir menuju kampung halamannya. Ke-4 PTKIN itu adalah UIN Alauddin Makasar, IAIN Parepare, IAIN Palopo dan STAIN Majene yang baru meninggalkan Kota Malang pada Rabu dini hari (24/07), atau tepatnya 3 hari setelah upacara penutupan. Padahal mereka telah berangkat pada H-3 pelaksanaan.
"Dengan memakai armada kapal laut kita bisa mengirimkan lebih banyak lagi peserta PIONIR, karena pesawat terbang saat ini lagi membubung tinggi ongkosnya," kata Muhammad Saleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Parepare.
Hal itu diamini Anwar Sadat Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama STAIN Majene yang rela berpayah-payah agar putra-puteri didiknya bisa mendapatkan pengalaman berlaga di even dua tahunan di kalangan mahasiswa PTKIN ini.
"Bagi kami soal juara menang dan kalah kurang begitu penting, tetapi yang terpenting adalah bisa memberikan pengalaman baru dan nilai-nilai keujangan bagi mahasiswa," tutur Anwar.
PIONIR IX 2019 digelar di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tanggal 15 s.d 21 Juli 2019. Ajang yang dilaksanakan dua tahun sekali ini diikuti 3.500 mahasiswa PTKIN seluruh Indonesia dan mengusung tema `Spirit of Unity`. Dibuka oleh Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin dan ditutup oleh Imam Safe`i, Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam.
Di sela-sela menikmati perjalanan yang mengasikan Muhammad Saleh menuturkan bahwa IAIN Parepare termasuk PTKIN yang beruntung pada gelaran PIONIR kali ini. Pasalnya memperoleh medali medali emas yang belum didapatkannya pada PIONIR sebelumnya. "Kami memperoleh 1 medali emas dari cabang debat konstitusi, juara harapan 2 cabang pop solo dan harapan 2 untuk catur klasik putra," jelas Saleh.
Medali emas dari cabang Debat Konstitusi diperoleh Mahasiswi Puteri Sulawesi Selatan atas nama Nurul Annisa bersama dua rekannya, Riska dan Wiwin. Pada babak final tim IAIN kelahiran presiden ke-3 RI B.J. Habibi ini berhadapan dengan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
"Kami merasa berbahagia dan tak kuasa menahan deraian air mata karena dapat mengalahkan PTKI besar semacam UIN Sunan Ampel dalam cabang lomba baru yaitu Debat Konsitusi," tutur Annisa.
Nurul Annisa menyampaikan rasa syukur dan berterimakasih atas doa dan harapan semua pihak yang mendukungnya. "Kami sangat bersyukur atas kemenangan yang didapat. Juara ini untuk Kampus IAIN Parepare, terkhusus untuk Kota Parepare," katanya.
Di setiap even olahraga dan seni ada kisah teladan yang menyentuh, ada kisah perjuangan yang membuncah dan ada cerita pengorbanan yang heroik. "PIONIR menjadi momen penting agar mahasiswa mengukir masa mudanya dengan prestasi dan kesan," kata Ruchman Basori Kasi kemahasiswaan Kemenag RI di tempat terpisah. (RB/dod)
Bagikan: