Jakarta (Pendis) - Peluang penyelenggaraan dan pendanaan riset di bidang sains, teknologi, dan kedokteran untuk dosen-dosen di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) semakin terbuka. Peluang itu tidak hanya diberikan oleh Kementerian Agama RI, tetapi juga oleh Pemerintah Perancis sebagai bagian dari implementasi nota kesepahaman antara Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dengan Le Studium, sebuah lembaga riset di Orleand, Perancis.
Hal itu terungkap dalam pertemuan antara Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), Kedutaan Perancis untuk Indonesia, dan seluruh Dekan Saintek, Kedokteran dan Kesehatan di lingkungan PTKI yang diselenggarakan di ruang rapat Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Jl. Lapangan Banteng Jakarta Pusat, Selasa (02/07).
Direktur PTKI Arskal Salim, dalam pengantar rapatnya menyampaikan bahwa direktorat yang dipimpinnya mengapresiasi atas komitmen pemerintah Perancis untuk mengambil bagian dalam meningkatkan riset-riset di lingkungan PTKI. "Kemitraan antara pemerintah Indonesia dengan Perancis harus sama-sama dijadikan kesempatan untuk menjadikan perguruan tinggi kita yang lebih baik lagi. Terlebih, pimpinan PTKIN telah didorong agar menjadi 500 perguruan tinggi terbaik di dunia. Tentu ini perlu kerja keras semua pihak dan keseriusan seluruh stakeholder PTKI, termasuk para dekan saintek, kedokteran, dan kesehatan," ungkap Arskal Salim.
Selain itu, Arskal juga menegaskan bahwa Direktorat PTKI juga mengalokasikan pendanaan bagi penyelenggaraan riset kolaborasi yang terpilih dengan jumlah dana yang cukup besar di tahun 2020.
Atase sains dan teknologi Kedutaan Besar Perancis untuk Indonesia, Nicola Gascoin, mengajak para dosen di bidang saintek dan kedokteran di lingkungan PTKI untuk melakukan riset kolaborasi, pemanfaatan dana penelitian, dan kegiatan riset lainnya untuk penyelenggaraan tahun 2020 yang akan datang. "Melalui Le Studium, pemerintah Perancis telah menunggu korespondensi dan kehadiran para dosen untuk memanfaatkan sinergi antara Kementerian Agama dengan pemerintah Perancis," ungkap Nicola.
Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Suwendi, menyatakan bahwa pertemuan ini juga merupakan tindak lanjut atas penyelenggaraan matcmaking research di Perancis antara Direktorat PTKI dengan Kedutaan Perancis untuk Indonesia yang dilaksanakan pada akhir April 2019 yang lalu. Menurut doktor jebolan UIN Jakarta itu, skema pendanaan kemitraan ini akan diambil dari anggaran BOPTN-Penelitian tahun anggaran 2020. "Di tahun 2020, akan dibuka penawaran penelitian multi-years yang di antara tuntutan outputnya adalah penemuan-penemuan sains dan kedokteran yang menjadi hak paten," ungkap Suwendi.
Suwendi menambahkan bahwa saat ini PTKI tidak hanya menguasai di bidang keislaman, tetapi juga telah berhasil menemukan temuan-temuan baru di bidang sains yang telah dan sedang proses hak paten. "Temuan pengurai sampah oleh dosen UIN Jakarta telah mendapatkan pengakuan hak paten oleh Kemenkumham. Bahkan, saat ini UIN Malang sedang memproses hak paten atas temuan berupa hidung elektronik dan lidah elektronik. Hidung elektronik itu mampu membedakan bebauan, sementara lidah elektronik mampu membedakan antara makanan-makanan yang terkontaminasi oleh unsur babi dengan yang steril dari unsur babi," ungkap Suwendi. (S-1/dod)
Bagikan: