Pamekasan (Pendis) - Mahasiswa menjadi elemen penting dalam strategi desiminasi moderasi beragama terutama untuk menyasar kelompok terpelajar dan millenial. Karenanya mahasiswa harus lebih aktif menyuarakan pesan-pesan moderasi beragama.
Hal itu dikatakan Ruchman Basori Kepala Seksi Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama saat menjadi narasumber Seminar Nasional di IAIN Madura, Rabu (06/03).
Mengutip penelitian Alvara (2017), Ruchman memaparkan penduduk Indonesia saat ini terbagi dalam tiga kelompok, yaitu 56.7% kelompok urban atau tinggal di kota, 62.8% menjadi kelompok kelas menengah dan 34.0% katagori kelompok millenial.
Lebih lanjut dikatakan Alumni UIN Walisongo ini, mahasiswa yang tergolong generasi millenial (berusia 20-39 tahun) berciri confidence, sangat percaya diri, berani mengemukakan pendapat dan tidak sungkan-sungkan berdebat di depan publik; "Millenial juga sosok keatif, biasa berpikir out of the box, kaya akan ide dan gagasan dan mampu mengkomunikasikan gagasan itu dengan cemerlang," tandas Ruchman.
Ruchman berharap agar mahasiswa menjadi kekuatan yang strategis untuk menebarkan keagamaan yang moderat, damai dan toleran. "Millenial berciri connected yaitu pribadi-pribadi yang pandai bersosialisasi terutama dalam komunitas yang mereka ikuti dan aktif berselancar di sosial media dan internet".
Hasil riset BNPT yang menyebutkan 39 mahasiswa Indonesia terpapar intoleransi dan radikal menjadi alarm penting. Alvara juga memapaparkan temuan bahwa mahasiswa yang setuju dengan negara Islam perlu diperjuangkan untuk penerapan Islam secara kaffah 23.5%, yang setuju khilafah sebagai bentuk pemerintahan yang ideal di banding NKRI 17.8% dan yang siap berjihad untuk tegaknya negara Islam/khilafah mencapai 23.4%.
Aktivis Mahasiswa `98 ini mengajak kepada aktivis mahasiswa untuk menjadikan radikalisme dan terorisme menjadi musuh bersama (common enemy) dalam isu-isu gerakan mahasiswa saat ini.
Dalam sambutan singkatnya, Muhammad Kosim Rektor IAIN Madura mengatakan Seminar Nasional dengan tema "Penguatan Wawasan Kebangsaan dan Moderasi Beragama" merupakan bentuk keprihatinan akan kehidupan kebangsaan dan keberagamaan kita yang mulai terancam oleh kelompok yang intoleran dan radikal.
Kosim juga mengajak 600-an mahasiswa peserta seminar untuk menjadikan moderasi beragama sebagai ciri khas paham keagamaan mahasiswa PTKI. "Profil mahasiswa PTKI adalah warga negara yang komitmen kebangsaannya tinggi dan juga berpaham Islam yang moderat," katanya.
Turut hadir dalam Seminar Nasional yang digagas oleh Organisasi Kemahasiswaan Intra Kampus IAIN Madura, Nur Hasan Wakil Rektor I, Mohammad Zahid Wakil Rektor II dan Muhammad Hasan Wakil Rektor III. dosen dan civitas akademika yang lain juga ikut mengambil bagian dalam kegiatan kebangsaan itu. (RB/dod)
Bagikan: