Malang (Pendis) - Angka-angka hasil penelitian menunjukan tingkat yang mengkhawatirkan dengan munculnya pemahaman keagamaan yang radikal dan intoleran. Ruang moderasi yang menjadi kultur dan budaya PTKIN menjadi terancam.
Kondisi itu yang mendorong Wakil Rektor/Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan, Kerjasama dan Alumni PTKIN se-Indonesia kembali membahas desain Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) sebagai ritus penyambutan mahasiswa baru dikalangan UIN, IAIN dan STAIN dan PTKIS pada 23 s/d 25 Juni di Malang.
Arskal Salim GP Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Ditjen Pendidikan Islam mengatakan acara PBAK harus dijadikan momentum untuk mengenalkan bahkan menguatkan pemahaman moderasi beragama. "Di samping pengenalan budaya akademik dan kemahasiswaan PBAK menjadi pintu masuk agar mahasiswa baru paham dengan benar model keberagamaan yang moderat," tutur Arskal.
Arskal berharap mahasiswa di kalangan PTKI mengenal sejak dini akan kajian-kajian keagamaan yang ramah dan berdimensi kemanusiaan. "Islam adalah agama yang rahmatan lil `alamin, karenanya dalam negara bangsa mahasiswa harus mampu menjadikan sebagai spirit untuk hidup damai di tengah pluralitas," katanya.
Waryono Abdul Ghofur Ketua Forum Wakil Rektor/Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan, Kerjasama dan Alumni PTKIN se-Indonesia berkomitmen agar desain PBAK yang akan berlangsung di 58 PTKIN akan direvitalisasi dengan muatan-muatan moderasi beragama dan wawasan kebangsaan.
"PBAK menjadi sarana efektif membeikan lapisan bagaimana menjadi muslim Indonesia di tengah kebaragaman dan PTKI harus menjadi tauladan bagaima mendesiminasikan moderasi beragama," kata Wakil Rektor UIN Sunan Kalijaga.
Ruchman Basori Kepala Seksi Kemahasiswaan Direktorat PTKI berharap agar mahasiswa PTKI akan tumbuh menjadi pribadi yang komitmen kepada agama sekaligus komitmen pada bangsa dan negara bukan profil pribadi yang terbelah.
"Negara ini berharap banyak dari PTKI menjadi agent moderasi beragama untuk menyiapkan caon-calon pemimpin bangsa yang nasionalis-religius," kata Ruchman yang juga mantan aktivis mahasiswa `98 ini.
Ruchman mensinyalir pintu-pintu yang dijadikan masuk bagi kelompok radikal dan intoleran adalah momen-moment seperti PBAK, Bimbingan Test Masuk PT, kajian-kajian di kampus dan beberapa organisasi kemahasiswaan. "Pertemuan untuk mendesain model PBAK yang bermuatan moderasi beragama adalah turunan dari amanat SK Dirjen Pendidikan Islam Nomor: 4961 Tahun 2016 tentang Penelenggaraan PBAK dan SK Dirjen Nomor 102 tahun 219 tentang Standarisasi Keagamaan PTKI," ujar Ruchman.
Sebanyak 58 Wakil Rektor/Wakil Ketua III PTKIN se-Indonesia telah berkomitmen agar PTKN harus menjadi garda terdepan dalam moderasi beragama tidak sekedar membentengi diri dari paham-paham yang jauh dari spirit Islam yang rahmatan lil `alamin dan komitmen kebangsaan. (RB/dod)
Bagikan: