Pekalongan (Pendis) - Agama Islam sejatinya menjadi rahmah bagi siapa saja, tak terkecuali bagi agama-agama lain. Karenanya spirit cinta dan kasih harus tidak boleh hilang dari pesan-pesan agama yang tercermin dalam kehidupan.
Pernyataan itu dikatakan Ruchman Basori Kasubdit Sarana, Prasarana dan Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Ditjen Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI pada orasi kebangsaan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan IAIN Pekalongan, Jumat kemarin (16/8).
"Pesan-pesan Islam yang rahmah kadang kurang muncul malah tergantikan oleh yang marah, yang merangkul tergantikan oleh yang memukul, karena ulah segelintir orang yang rigid dan salah memahami agama," kata Alumni IAIN Walisongo Semarang.
Lebih lanjut dikatakan Ruchman, mahasiswa dengan pengetahuan dan kapasitas yang dimilikinya, menjadi lapisan kelas menengah intelektual yang diharapkan berada digarda terdepan mengcounter paham-paham dan gerakan radikalisme.
"Mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) termasuk IAIN Pekalongan mempunyai tanggungjawab menjadi juru bicara moderasi Islam, karena fitrah PTKI adalah moderat," tandas Kandidat Doktor Universitas Negeri Semarang.
Dihadapan mahasiswa baru yang notabenenya kelompok millenial Ruchman berpesan agar belajar Islam dengan sungguh-sungguh pada para ahli yang otoritatif dan sumber-sumber keagamaan yang benar. "Sepertinya kalau urusan agama harus kita kembalikan kepada kyai, guru besar dan para dosen-dosen PTKIN yang alim dan mumpuni dibidang keagamaan," tutur Ruchman.
Tidak lupa Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan ini mengajak kepada mahasiswa baru untuk tidak begitu saja menerima informasi dan ajaran keagamaan, tetapi harus dilakukan tabayun dan critical thinking. "Jadilah mahasiswa yang kritis dan menjadi bagian penting untuk mendesiminasikan gagasan dan paham Islam yang moderat," katanya.
Moh. Muslih Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Pekalongan mengatakan PBAK bagi mahasiswa baru sangat penting dan strategis, karena dari situ mahasiswa akan mengenal dunia akademik dan kemahasiswaan dengan baik. "Untuk menjadi sarjana yang unggul harus paham benar tradisi dan kultur keilmuan yang dikembangkan sekaligus dinamika kemahasiswaan yang ada," kata Muslih.
Muslih memaparkan tahun akademik 2019/2020 IAIN Pekalongan menerima mahasiswa sejumlah 2.586 mahasiswa baru dan semuanya wajib mengikuti PBAK yang digelar pada tanggal 14-16 Agustus 2019. Nampak hadir mendampingi Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan dalam orasi kebangsaan, Zaenal Mustakim Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Tsalis Syaifuddin Dosen FEBI, M. Tabiin Dosen FITK, sejumlah pimpinan, Ketua SEMA, Ketua DEMA dan civtas akademika IAIN Pekalongan.
Mahasiswa PBAK digembleng dengan wawasan kebangsaan, moderasi beragama dan Islam nusantara, serta hal ikhwal dunia kampus IAIN Pekalongan. Diakhir acara PBAK diserahkan Bantuan Sarpras Kemahasiswaan dari Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan kepada Ketua Dema Lukmman dan penyerahab buku-buku perpustakaan dari mahasiswa baru kepada kepada komunitas baca di masyarakat Pekalongan.(RB/SOLLA)
Bagikan: