Jakarta (Pendis) - Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Akademik pada Kamis, 22/06. Dalam sambutannya, Dirjen Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani menyampaikan, bahwa tantangan penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Keagamaan (PTK) dewasa ini sangat kompleks. Hal ini merupakan dampak perkembangan Iptek, perubahan landskape pekerjaan, serta berubahnya ekspektasi masyarakat. Untuk itu, sinergi antar penyelenggara PTK di lingkungam Kementerian Agama sangat penting agar reputasi PTK di level nasional merata.
Lebih lanjut Dirjen menegaskan, bahwa pendidikan keagamaan adalah milik bersama seluruh agama bukan saja milik Islam, sehingga program-program pengembangan pendidikan di Kementerian Agama sifatnya inklusif, diperuntukan bagi seluruh umat beragama di Indonesia.
"Untuk itu kami mengajak Bimas Kristen, Katholik, Budha, dan Hindu dalam menjalankan tugas fungsinya pembinaan serta pelayanan dalam bidang pendidikan tinggi agar memanfaatkan berbagai fasilitas Direktorat Jenderal Pendidikan Islam sebagai rumah bersama, bahkan jika ada perwakilan masing-masing untuk berkantor bersama di ruang kerja kami, akan sangat bagus karena kami akan semakin mudah untuk berkolaborasi," ungkap Kang Ramdhani.
Kegiatan ini menghadirkan pihak-pihak terkait, diantaranya Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Hindu Kementerian Agama serta perwakilan dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BANPT) hingga Asesor.
Lebih lanjut Direktur Jenderal Pendidikan Islam Ali Ramdhani mengungkapkan, sejatinya kolaborasi antara Ditjen Pendidikan Islam dengan Bimas Katolik, Hindu, Kristen, dan Buddha. Salah satunya dalam penyelenggaraan Program Beasiswa Indonesia Bangkit.
“Ke depan pendidikan tinggi keagamaan sebagai kepentingan bersama seluruh umat beragama di Indonesia ini harus kita jaga bersma-sama. Dengan demikian, program akan berjalan dengan prinsip berkeadilan sehingga dapat diakses oleh seluruh umat beragama,” tambah profesor yang dikenal humoris ini.
Sementara pada sesi yang berbeda Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Ahmad Zainul Hamdi menguatkan bahwa pada dasarnya program beasiswa pendidikan tidak hanya milik Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, tapi juga Kristen, Katholik, Budha, maupun Hindu dengan konsep manajemen pengelolaan yang menyeluruh (universal) dan terpercaya (akuntabel) mengingat untuk kepentingan lintas unit eselon I Kementerian Agama.
“Selain dari pengembangan dan gelar akademik yang harus segera ada sinkronisasi hingga harmonisasi dengan berbagai pihak (stakeholder) sesuai tugas dan fungsi masing-masing berdasarkan regulasi yang berlaku, diperlukan juga program pendukung lainnya seperti beasiswa pendidikan tinggi keagamaan untuk semua agama dengan konsep manajemen pengelolaan menyeluruh dan terpercaya” ungkap pria yang biasa disapa Profesor Inunk oleh koleganya.
Selama kegiatan berjalan terlihat para undangan yang hadir begitu antusias mengikuti materi diskusi dengan beragam sajian dari pemaparan yang disampaikan dengan ringan, logis, lugas, dan diskusi interaktif yang produktif sampai hadirnya joke-joke keagamaan yang memancing gelak tawa para undangan.
Bagikan: