Malang (Pendis) - Gelaran Pekan Pekan Ilmiah, Olahraga, Seni dan Riset (PIONIR) IX 2019 yang berlangsung selama 7 (tujuh) hari, 15 s/d 21 Juli 2019, telah ditutup secara resmi oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Sesditjen Pendis), Imam Safe`i, Sabtu (20/07) malam.
"Saya biasanya tidak gemetar ketika bicara di depan forum namun sekarang saya gemetar dikarenakan di hadapan saya adalah para juara," ungkap Sesditjen Pendis mengawali orasinya di hadapan 300 peserta dan 700 official beserta sejumlah civitas akademika UIN Maulana Malik Ibrahim.
Doktor alumni Universitas Negeri Jakarta (UMJ) ini disamping mengapresiasi terhadap para pemenang juga menghargai kepada peserta PIONIR yang belum memperoleh medali. "Saya setuju terhadap peserta yang belum menang juga dikasih penghargaan. Dikarenakan dengan keringat dan darah, mereka juga hadir di PIONIR 2019 di Malang ini. Para peserta lomba diajang PIONIR ini diutus oleh kampusnya untuk mengikuti dan mneyelesaikan perlombaan bukan semata-mata untuk menjadi juara saja," kata alumnus S1 IAIN Samarinda ini.
Dan dalam rangka menyemangati mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) tidak hanya dalam bidang olahraga dan seni, mantan Kasubdit Ketenagaan Direktorat PTKI ini yakin bahwa mahasiswa PTKIN ini adalah kandangnya jago, jago apa saja; jago ngaji, jago musik, jago karate dan lain sebagainya. Akan tetapi bukan jago kandang. "Oleh karena itu para jago ini disupport dan didukung karena nantinya akan jago-jago Indonesia bahkan jago dunia," ujar Imam seraya menawarkan akomodasi gratis untuk silaturahmi dengan Menteri Agam RI khusus bagi qori dan qoriah juara I lomba MTQ ini.
Masih dalam sengat spirit unity ini, Imam Syafe`i yang juga sebagai pengasuh Pesantren Pendawa ini, menyatakan bahwa seharusnya para pemenang tidak ada yang merasa dikalahkan, yang maju tidak merasa ditinggalkan. Yang di atas tidak merasa ada ditindas. "Supaya PTKIN terus bersatu, yang menang jangan terlalu bangga apalagi sombong dan yang kalah tidak boleh mengeluh," cetus Imam yang bisa memberikan motivasi.
Mengakhiri orasinya, Imam Safe`i mengutip puisi KH Arman Ar Roisi, "Kalau boleh aku memilih, biarkan aku menjadi bintang atau rembulan yang tidak angkuh ketika bertahta dan tidak mengeluh ketika terbenam. Atau biarkan aku menjadi sang fajar yang gigih mengusir kelam, namun rela menyingkir demi matahari yang lebih terang," pungkas Imam. (maspipo/dod)
Bagikan: