Semarang (Pendis) - UIN Walisongo Semarang diminta untuk melakukan sejumlah langkah strategis dan inovatif sehingga menjadi 500 kampus terbaik di dunia. Sebagai PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri) yang telah mendapatkan akreditasi A oleh BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi), UIN Semarang diminta dalam waktu 3 (tiga) hingga 5 (lima) ke depan agar menjadi World Class University.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin, saat mengisi kegiatan "Executive Briefing UIN Walisongo", Selasa (30/07) di kampus UIN Walisongo, Semarang. Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Rektor UIN Semarang Imam Taufik, para wakil rektor, dekan dan para pembantu dekan, pimpinan lembaga di lingkungan UIN Walisongo, serta Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Suwendi.
Menurut Kamaruddin Amin, saat ini terdapat 7 (tujuh) UIN yang telah meraih akreditasi A, yakni UIN Semarang, UIN Jakarta, UIN Bandung, UIN Yogyakarta, UIN Surabaya, UIN Malang, dan UIN Makassar. "Semua UIN yang telah meraih akreditasi A itu hakikatnya sama dengan perguruan tinggi lain yang juga meraih akreditasi institusi A, seperti UI, ITB dan IPB," ungkap guru besar UIN Makassar itu. Untuk itu, selaku Direktur Jenderal Pendidikan Islam, dirinya "menantang" pimpinan ketujuh UIN itu agar merumuskan langkah-langkah strategis agar menjadi universitas terbaik di dunia. "Jangan berfikir aspek anggaran, silakan anggaran diusulkan. Kami yang akan cari jalan keluarnya terkait anggaran itu. Yang pasti, saya dorong agar seluruh stakeholder PTKIN melakukan upaya terobosan internasionalisasi kampus," pinta Kamaruddin Amin.
Hal lain yang disampaikan oleh guru besar ilmu hadis itu adalah kajian-kajian keislaman harus diperkuat di lingkungan PTKIN. "Kita memiliki distingsi sendiri, pembeda antara PTKI dengan selain PTKI, yakni pada aspek ilmu-ilmu tradisional Islam. Untuk itu, ilmu-ilmu tradisional Islam itu harus lebih diperkuat," ungkap Kamaruddin Amin.
PTKI juga diminta untuk menguatkan dirinya sebagai pengawal moderasi beragama untuk merespon fenomena semakin kuatnya "tradisi belajar instan". "Mahasiswa harus didorong untuk mengakses sumber-sumber literatur yang otoritatif, jangan hanya bermodal media sosial sebagai sumber pembelajaran," paparnya lebih lanjut.
PTKI ini merupakan lembaga pendidikan sekaligus lembaga dakwah yang memproduksi sarjana-sarjana yang sekaligus para dai, sehingga mereka perlu memiliki pengetahuan di bidang ilmu-ilmu modern dengan baik. Dalam konteks itu, gerakan moderasi beragama di lingkungan PTKI perlu diwujudkan sebagai bagian dari salah bentuk pengabdian kepada masyarakat oleh stakeholder PTKI.
Pada paparan lebih lanjut, Kamaruddin Amin menegaskan bahwa tradisi kesarjanaan Islam pada perguruan tinggi akan memberikan pengaruh terhadap karakter keberagamaan di suatu negara. "Keberagamaan di Saudi, Iran, Indonesia dan lain-lain itu sangat dipengaruhi oleh studi keislaman yang berkembang di negara tersebut. Negara-negara itu memiliki karakter kajian keislamannya yang berbeda-beda. Oleh karenanya, UIN Semarang diminta terus meneguhkan tradisi kesarjanaan dan studi keislaman yang berkarakter keindonesiaan lebih diperkuat lagi," ungkap Kamaruddin Amin.
Pada kesempatan itu, Rektor UIN Semarang yang baru saja dilantik dalam beberapa minggu terakhir, Imam Taufik, mengatakan bahwa UIN Semarang merupakan UIN yang akan terus menopang jati diri keindonesiaan dan keislaman. "Militansi kebangsaan dan penguasaan terhadap studi-studi keislaman akan menjadi bagian komitmen UIN Semarang. Lebih dari itu, kami akan terus berusaha agar UIN Semarang melakukan upaya strategis sebagai implementasi kebijakan internasionalisasi PTKI," ungkap sang rektor. (S-1/dod)
Bagikan: