Belajar Agama Semakin Mudah Dengan Teknologi

Selasa, 5 Mei 2020 09:29 WIB
Pendis

Belajar Agama Semakin Mudah Dengan Teknologi

Pada Tadarus litapdimas episode ke-3 kali ini, kita belajar bagaimana mengoptimalkan teknologi dalam Pendidikan Islam dengan menghadirkan 2 orang presenter, yaitu Dr. Budiyono Saputro, M.Pd dari IAIN Salatiga dan Dr. Rado Yendra, M.Sc dari UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

Kedua presenter bersepakat bahwa agama dan teknologi harus dapat diintegrasikan dengan agama, dan pendidikan agama sudah seharusnya mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Keduanya telah melakukan penelitian dan mengembangkan aplikasi bagaimana teknologi dapat digunakan dalam pendidikan Islam.

Kekuatan penelitian dua presenter di atas dapat ditemukan dari dua premis penting yang menjadi argumen penelitian mereka. Pertama, penelitian mereka berpijak pada prinsip adaptability (kemampuan beradaptasi) agama dan teknologi. Dengan prinsip ini, tema penelitian kedua presenter ini dapat diterjemahkan sebagai upaya “integrasi sains dan agama”, sebuah proyek besar yang sedang digarap oleh Kementerian Agama.

Kedua, penelitian mereka berpijak pada prinsip practicality, yakni berorientasi pada kegunaan teknologi dalam pendidikan agama. Prinsip yang terakhir ini sudah barang tentu mencerminkan perkembangan kajian, meski tidak keseluruhannya, di lingkungan PTKI (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam) dalam menghadapi perubahan cepat melalui digitalisasi dan berorientansi pada teknologi “siap pakai.”

Dalam penelitiannya tentang Augmented Reality (AR) dan Pendidikan Islam untuk anak-anak, Dr. Rado Yendra menjelaskan bagaimana teknologi AR menjadi cara baru dalam mempelajari Islam, dalam hal ini pembelajaran doa-doa Islam untuk anak-anak. Menurutnya, teknik baru belajar Islam ini penting karena “menyenangkan dan menghindarkan anak dari kebosanan belajar tentang Islam.”

Dr. Rado juga beragumen bahwa aplikasi AR perlu diterapkan pada gawai (smartphone) berbasis android. Penggunaan gawai akan mengganti perangkat digital lain yang sulit digunakan oleh anak-anak. Penelitian Dr. Rado ini tentu tidak saja sangat diperlukan di masa pandemik Covid-19 seperti saat ini, tapi pada masa normal seperti biasanya. Anak-anak perlu belajar agama dengan “menyenangkan” dan saya kira kata “menyenangkan” inilah yang masih menjadi agenda besar pendidikan untuk anak pada era digital seperti saat ini.

Sementara itu, penelitian Dr. Budiyono Saputro tentang pembelajaran tafsir sains terpadu juga memahami relasi non-problematik Islam dan teknologi, atau sains pada umumnya. Dr. Budiyono menekankan signifikansi serta urgensi pembelajaran tafsir/Quran tentang sains melalui penggunaan teknologi, yaitu dengan model pembelajaran tafsir maudhu‘i tentang sains dan bersyntax melalui website http://bersaqural.com.

Tentu saja, model pembelajaran tafsir melalui website memadukan dua hal penting: tradisi dan modernitas. Kajian tafsir tidak lagi diajarkan dengan teknik klasik, namun melalui teknologi digital. Teknologi pada website http://bersaqural.com juga bisa dikembangkan dan menjadi solusi pembelajaran, tidak saja tafsir terpadu, namun mata pelajaran yang lainnya, yang saat di masa pandemik Covid-19 sudah sangat urgen diterapkan.

Dari sisi muatan penelitian, kedua penelitian di atas memiliki karakteristik berbeda. Jika penelitian Dr. Rado menekankan pada pendidikan Islam untuk anak-anak agar mereka dapat mempelajari agama dengan cara yang menyenangkan, penelitian Dr. Budiyono adalah desain pembelajaran untuk segmen pendidikan dewasa, utamanya untuk bangku perkuliahan.

Sistem yang dikembangkan atau digunakan oleh keduanya juga berbeda. Jika Dr. Rado menggunakan AR dengan basis android, maka Dr. Budiyono menerapkan system web-based application. Penggunaan kedua teknologi ini tentu saja masih perlu terus dikembangkan dan memerlukan “integrasi” antar sistem dan aplikasi.

Tentu saja, perkembangan teknologi yang terus berevolusi memerlukan energi baru untuk dapat beradaptasi dengan teknologi yang juga semakin baru. Karenanya, penelitian Budiyono, misalnya, sebenarnya masih menyisakan beberapa proyek garapan yang ke depan perlu ditindaklanjuti, salah satunya dengan membangun versi android dan/atau iOS untuk http://bersaqural.com.

Selain itu, konten website http://bersaqural.com tentu saja perlu diperkaya, salah satunya adalah memunculkan literatur tafsir, bukan saja terjemahan ayat al-Quran, untuk setiap tema (maudhu‘) yang diangkat dalam pembelajaran tafsir sains terpadu. Untuk mewujudkan hal terakhir ini, tentu saja diperlukan upaya kolaboratif dengan melibatkan sarjana lintas disiplin, utamanya ahli tafsir.

Demikian juga dengan penelitian Dr. Budiyono, upaya kongkrit lanjutan perlu dilakukan. Utamanya, mengembangkan aplikasi AR dan medium yang dapat dibaca oleh aplikasi tersebut secara mandiri. Jika saya tidak salah, penelitian ini masih belum melahirkan keduanya. Jikapun ada teknologi tersebut, aplikasi AR itu dikembangkan oleh pihak berbeda (third party) dan pengguna sebagai pengambil manfaat dari teknologi yang sudah siap pakai.

Namun demikian, sebagai sebuah gagasan, penelitian Budiyono menjadi stepping stone sekaligus rekomendasi kepada Kementerian Agama untuk terus mendukung gagasan-gagasan kreatif dan inovatif dalam rangka pengembangan perangkat lunak yang relevan dalam pembelajaran agama dan pembelajaran lainnya di madrasah serta PTKI. Apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini. Inovasi teknologi perlu terus dikembangkan agar proses pembelajaran dapat terus dilaksanakan, meski dilakukan tanpa tatap muka langsung.

Sebagai catatan akhir, saya kira “kolaborasi” menjadi kata kunci penting dalam mewujudkan “integrasi keilmuan” di lingkungan PTKI. Sederhananya, seorang ahli tafsir tidak bisa bekerja sendiri dengan kajiannya; dia dituntut untuk berkolaborasi dengan sarjana IT agar kajiannya dapat diajarkan dengan efektif dan efisien. Demikian juga dengan sarjana pendidikan anak; mereka perlu berkolaborasi agar pembelajaran anak dapat dilakukan dengan tepat.

Anak-anak saat ini adalah generasi digital native; mereka adalah “pribumi” di era yang semakin terdigitalisasi. Terakhir, di masa pandemi Covid-19, digitalisasi adalah jawaban atas pembatasan fisik/sosial. Digitalisasi ini tidak mungkin hadir jika sekat-sekat keilmuan masih membatasi interaksi antar disiplin. Karenanya, kolaborasi adalah kuncinya, dan prinsip kolaborasi sudah seharusnya menjadi agenda utama “integrasi” keilmuan di lingkungan PTKI. (FYI/Hik) 

Oleh: Syaifuddin Zuhri

 


Tags:

Bagikan:







Pendis
EMIS

GERBANG DATA PENDIDIKAN KEMENTERIAN AGAMA

Pendis
KKGTK

Kelompok Kerja Guru Tenaga Kependidikan

Pendis
AKGTK

Asesmen Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan

Pendis
SISFODEMA

Sistem Informasi Dosen dan Mahasiswa

Pendis
SILABA

Sistem Layanan Bantuan Pendidikan Agama Islam

Pendis
SIAGA

Sistem Informasi dan Administrasi Guru Agama

Pendis
SIKAP

Sistem Administrasi Keagamaan dan Pesantren

Pendis
BEASISWA

Sistem Beasiswa Santri Berprestasi

Pendis
SIMBA

Sistem Informasi Manajemen Bantuan Pesantren

Pendis
SILADIKTIS

Sistem Informasi Layanan Pendidikan Tinggi

Pendis
SIPPRO

Sistem Informasi Pengajuan Program Studi Baru

Pendis
PENYERTAAN IJAZAH

Layanan Penyetaraan Ijazah Luar Negeri

Pendis
SIMSARPRAS

Sistem Informasi Sarana Prasarana Madrasah

Pendis
RDM

Rapor Digital Madrasah

Pendis
SIMPRO

Sistem Monitoring Perkembangan Proyek

Pendis
CENDIKIA

Koleksi Elektronik Buku Pendidikan Agama

Pendis
KIP KULIAH

Program beasiswa yang diberikan oleh Kementerian Agama

Pendis
SERDOS

Sistem Sertifikasi Dosen Pendidikan Agama

Pendis
PAKPTK

Layanan Aplikasi Penilaian Angka Kredit PTKI

Pendis
SIMSARPAS PTKI

Sistem Informasi Manajemen Sarana Prasarana PTKI

Pendis
LITAPDIMAS

Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Pendis
BEASISWA TIMTENG

Layanan Beasiswa Timur Tengah

Pendis
SITREN

Sistem Layanan Tanda Daftar Keberadaan Pesantren

Pendis
IJOP PDMA

Selamat datang di layanan Ijin Operasional PDMA

Pendis
SIPDAR LPQ

Tanda Daftar Lembaga Pendidikan Al-Quran

Pendis
PBSB

Program Beasiswa Santri Berprestasi

Pendis
SIMORA

Sistem Informasi dan Manajemen PBSB

Pendis
KEMANDIRIAN PESANTREN

Sistem Informasi Kemandirian Pesantren

Pendis
SPACE

Sistem Pembelajaran Agama Cara Elektronik

Pendis
PDUM

Pangkalan Data Ujian Madrasah

Pendis
AKMI

Aplikasi Pendataan Asesmen Kompetensi Madrasah

Pendis
PORTAL AKM

Portal Asesmen Kompetensi Madrasah

Pendis
APP MADRASAH

Sistem Kelembagaan dan Kerjasama Madrasah

Pendis
ERKAM

Sistem Perencanaan dan Penganggaran

Pendis
BOS KEMENAG

Bantuan Operasional Sekolah Kemenag

Pendis
IJOP SAH

Izin Operasional Pendirian Madrasah

Pendis
Selamat Datang di Portal PPID Kementerian Agama

Ini adalah website resmi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Kementerian Agama Republik Indonesia.

Pendis
SIMPATIKA

Portal Layanan SIMPATIKA KEMENAG