Oleh: Novi Roza Primadhani, S.Pd.
(Guru Madrasah Tsanawaiyah Negeri 1 Kuantan Singingi, Riau)
Pesatnya perkembangan di era globalisasi sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia seperti aspek ekonomi, politik, kebudayaan, sosial, pendidikan, dan sebagainya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan faktor utama yang mendukung perkembangan tersebut. Terlihat jelas bahwa kemajuan teknologi tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia sebab dapat memberikan berbagai manfaat. Segala sesuatu dapat dilakukan dengan mudah karena adanya teknologi. Kemajuan ini berkembang secara universal sesuai dengan cara pandang manusia yang semakin terbuka.
Di sisi lain, keterbukaan cara pandang manusia terhadap perkembangan teknologi justru menimbulkan pengaruh negative, terlihat dari mulai timbulnya gaya hidup yang konsumtif, sifat individualisme, intoleransi, dan berbagai hal lain yang dapat membentuk karakter yang kurang baik bagi manusia. Terjadi berbagai perubahan perilaku dan etika yang bertentangan dengan norma dan nilai-nilai moral yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini merupakan bentuk penyimpangan yang terjadi hampir pada seluruh lapisan masyarakat dengan rentang usia yang berbeda-beda. Meski demikian, sebagian besar penyimpangan tersebut terjadi pada usia anak-anak menuju remaja.
Usia remaja merupakan masa transisi menuju dewasa. Terjadi berbagai perkembangan psikologis dan pola identifikasi yang sebagian besarnya dapat menentukan sikap dan kepribadian seseorang. Oleh karena itu, pembinaan karakter dan akhlak yang baik diperlukan pada masa ini agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan perilaku dan sikap yang buruk. Pada dasarnya pembinaan karakter dan akhlak dapat diberikan oleh siapa saja dan di mana saja, namun biasanya sebagian besar pembinaan tersebut didapatkan seseorang di lingkungan pendidikan, yaitu sekolah maupun madrasah.
Sejalan dengan hal tersebut, MTs Negeri 1 Kuantan Singingi memberikan sebuah program yang dapat memberikan pembinaan terhadap karakter dan akhlak peserta didik. Mengingat usia remaja merupakan usia produktif seorang peserta didik untuk melakukan berbagai hal yang positif, MTs Negeri 1 Kuantan Singingi membentuk sebuah program untuk menghafal Al-qur’an. Selain itu, program yang disebut dengan Camp Tahfiz Qur’an MTs Negeri 1 Kuantan Singingi juga memberikan pembinaan yang berkaitan dengan pembentukan pribadi yang berakhlakul karimah, salih dan salihah.
Program Camp Tahfiz Qur’an ini merupakan sebuah program yang dibentuk sejak Mei 2019 dengan sistem boarding school bagi peserta didik yang mengikuti. Program tersebut sejalan dengan KMA 183 Tahun 2019 tentang Tentang Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Bahasa Arab Pada Madrasah yang memberikan legalitas hukum kepada madrasah dalam hal pengembangan penguatan karakter, pendidikan anti korupsi, dan pengembangan moderasi beragama. Diketuai oleh Kepala Madrasah MTs Negeri 1 Kuantan Singingi, H. Supriadi, S.Ag, M.Pd dan dibantu oleh seluruh tenaga pendidik dan staf serta masyarakat madrasah, Camp Tahfiz Qur’an MTs Negeri 1 Kuantan Singingi dibuka dan diresmikan langsung oleh Bupati dan Kepala Kemenag Kabupaten Kuantan Singingi pada 5 Agustus 2019.
“Program Tahfiz Qur’an merupakan salah satu cita-cita mulia kita bersama dan salah satu langkah awal untuk membangun sebuah kampung qur’an di Kecamatan Pangean,” ucap Supriadi, S.Ag, M.Pd, Kepala MTs Negeri 1 Kuantan Singingi. Program Camp Tahfiz Qur’an ini memang disambut dengan sangat baik oleh masyarakat di Kecamatan Pangean. Terbukti, sebagian besar orang tua mendaftarkan putra-putrinya untuk menjadi peserta Tahfiz Qur’an di MTs Negeri 1 Kuantan Singingi dengan harapan agar anaknya dapat menjadi seorang hafiz dan hafizah. Selain itu, masyarakat juga memberikan izin untuk menggunakan beberapa rumah sebagai tempat asrama Camp Tahfiz Qur’an karena memang saat ini MTs Negeri 1 Kuantan Singingi belum memiliki bangunan khusus untuk camp tersebut.
“Sekarang kita memang belum memiliki bangunan sendiri untuk asrama camp tahfiz namun kita telah memiliki tanah yang diwakafkan oleh salah satu masyarakat sebagai tempat untuk pembangunan kampung qur’an nantinya. Kita sedang mengusahakan dan berharap bisa mendapatkan proyek SBSN agar dapat mewujudkan terbentuknya camp tahfiz yang lebih baik. Nanti akan kita jadikan sebagai pusat pembelajaran qur’an, tidak hanya tahfiz namun juga tafsir qur’an, tilawah, kaligrafi, dan lain sebagainya,” tambahnya.
Heru Alpinur (37) mengungkapkan bahwa keberadaan Camp Tahfiz Qur’an di tengah-tengah masyarakat dapat memberikan dampak yang sangat positif. “Memang terlihat jelas pengaruh baik yang diberikan oleh anak-anak kita yang sedang mengikuti program camp tahfiz ini. Setiap hari menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an dan selalu sholat lima waktu ke masjid. Kami juga meminta anak-anak kita untuk mengumandangkan adzan secara bergantian namun untuk menjadi imam memang belum bisa kita lepas,” ujarnya. Heru selaku masyarakat dan pengurus salah satu masjid di Kecamatan Pangean menunjukkan dukungan yang sangat baik terhadap program ini sebab dianggap mampu untuk mengubah pola kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik secara berangsur.
Berjalan hampir 5 tahun lamanya, Camp Tahfiz Qur’an MTs Negeri 1 Kuantan Singingi merupakan program hafalan pertama yang menjadi penggerak terbentuknya camp tahfiz qur’an lain yang terdapat di Provinsi Riau. Hal ini dapat dibuktikan dengan telah berhasilnya MTs Negeri 1 Kuantan Singingi meluluskan ratusan peserta Camp Tahfiz Qur’an yang terdiri dari enam angkatan selama lima tahun terakhir. Sebelum diwisuda atau diluluskan, peserta tahfiz tersebut telah mengikuti berbagai pembinaan secara khusus dan intens agar dapat menjadi seorang hafiz dan hafizah. Tidak hanya itu, peserta Camp Tahfiz Qur’an MTs Negeri 1 Kuantan Singingi juga telah mengikuti tes akhir hafalan yang diuji langsung oleh beberapa imam besar yang ada di Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat.
Menurut Zahro Tusita, salah satu peserta Camp Tahfiz Qur’an angkatan VII, peraturan selama masa Camp memang cukup ketat. Peserta Camp tidak boleh membawa ponsel dan kegiatan setiap harinya sudah terjadwal. Peraturan tersebut awalnya memang mengikat namun setelah beberapa lama akan semakin terbiasa sehingga mempermudah dalam proses menghafal Al-Qur’an. Hal ini terbukti dari jumlah hafalan Zahro yang mencapai 9 juz dalam jangka waktu delapan bulan masa studi. Tidak hanya hafalan, namun perubahan dalam berpakaian dan perilaku juga dirasakan oleh Zahro. Peraturan ketat dan dengan tingkat kedisiplinan yang diterapkan oleh pembina Camp berhasil membentuk pribadi yang baik dan berjiwa qur’ani. Niat yang lurus dan kesungguhan ingin menghafal ayat-ayat Al-Qur’an adalah kunci utama untuk menjadi seorang penghafal Al-Qur’an seperti Zahro Tusita.
Pembinaan terhadap peserta Camp Tahfiz Qur’an di MTs Negeri 1 Kuantan Singingi memang dilakukan secara sistematis. Sebelumnya madrasah telah bekerja sama dengan salah satu tafaqquh di Provinsi Riau, dengan mengutus beberapa pembina camp untuk mengikuti program dan pelatihan khusus yang berkaitan dengan pengelolaan tahfiz yang baik dan tepat. Pelatihan tersebut dilakukan agar pembina camp mendapatkan legalitas sebagai tenaga pendidik khusus dalam mengelola tahfiz qur’an di MTs Negeri 1 Kuantan Singingi.
Program Camp Tahfiz Qur’an tidak hanya memfokuskan pada hafalan saja melainkan juga pada pembentukan karakter peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara bersama salah satu orang tua peserta didik memang terlihat jelas perbedaan karakter anak sebelum dan setelah mengikuti program ini. “Sangat jelas terlihat. Anak-anak lebih mandiri setelah mengikuti Camp Tahfiz dan lebih mudah untuk diarahkan oleh kita orang tua. Ada rasa bangga ketika melihat anak setelah ujian dan memberikan mahkota kepada Ibunya. Siapa yang tidak bangga melihat anaknya seperti itu,” ungkap Zulfahmi Abdah (41). Beliau mendukung penuh program ini dengan harapan agar dapat dipertahankan dan ditingkatkan secara perlahan. “Ya, dengan Bapak Ibu sebagai penggerak, kami memang berharap program ini dapat dikembangkan tentunya. Mungkin dengan sosialisasi lebih rinci dan intens kepada orang tua. Kedisiplinan juga perlu ditingkatkan untuk anak-anak kita ketika selama mengikuti program ini. Tidak hanya anak namun juga pembinan,” tambahnya.
Melalui program Camp Tahfiz Qur’an ini, MTs Negeri 1 Kuantan Singingi khususnya berharap dapat membangun sebuah kampung qur’an di Kecamatan Pangean secara bertahap. Antusiasme orang tua dan berbagai masukan yang diberikan masyarakat tentu akan membangun semangat pengelola sehingga dapat membentuk program Camp Tahfiz Qur’an sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk membentuk program Camp Tahfiz Qur’an yang baik diperlukan kerja sama dari berbagai pihak. Tidak hanya itu, dengan adanya program ini, MTs Negeri 1 Kuantan Singingi juga berharap dapat membentuk karakteristik generasi muda yang berakhlakul karimah, santun, dan cinta terhadap Al-Qur’an.
Tags:
tahfizBagikan: