Serpong (Pendis) - Salah satu pesan penting dari penyelenggaraan International Islamic Education Expo (Pendis Expo) 2017 adalah pentingnya Pendidikan Islam menjadi garda terdepan dalam menebar dan mengembangkan kemaslahatan bagi semua. Deklarasi Serpong menjadi penegas komitmen ini. Sebagai sebuah afirmasi, tekad, dan komitmen institusional, Deklarasi Serpong tidak datang tiba-tiba. Deklarasi ini bermula dan terbentuk dari semacam kegelisahan akan kondisi quo tentang kemaslahatan umat itu sendiri. Disadari, belakangan lanskap keberagamaan Islam tengah disorot karena nyaring terdengar dan terlihat pertanyaan-pertanyaan seputar keberagaman, perpecahan, dan kebencian.
Islam harus Islam hadir sebagai agama yang mendatangkan kedamaian bagi semua, demikian afirmasi substansial dari gelaran Pendis Expo. Oleh karenanya, pendidikan Islam harus betul-betul kembali kepada substansi dan esensi dari Islam itu sendiri yang hakekatnya adalah damai. Dalam konteks ini penting mendudukkan peran ulama, disamping warga Pendidikan Islam secara keseluruhan, dalam mempromosikan nilai-nilai Islam secara umum, dan Pendidikan Islam pada khususnya, mengenai konsepsi Islam rahmatan lil `alamin.
Upaya dakwah adalah juga upaya mengenai kaderisasi ulama. Bagian tidak kalah penting dari upaya dakwah adalah juga bagaimana memastikan kaderisasi ulama berjalan dengan optimal. Promosi Islam rahmatan lil `alamin adalah sebuah spektrum panjang dan membutuhkan usaha yang tak kenal lelah karena konsepsi ini bersentuhan langsung dengan cara pandang hidup umat Islam. Dibutuhkan sebuah upaya terstruktur dan berjenjang untuk memastikan upaya kaderisasi ulama ini dapat berjalan dengan maksimal.
Kaderisasi ulama perlu mendapat perhatian dari kita semua karena sebagaimana diketahui kehidupan beragama dewasa ini menghadapi tantangan yang makin berat dan kompleks. Kaderisasi ulama sebagai program institusi diselenggarakan oleh Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendidikan Islam.
Pada konteks ini, berbagai upaya yang sudah dijalankan Ditjen Pendidikan Islam sudah berada pada koridor yang tepat. Beberapa program beasiswa, seperti Beasiswa Pendidikan Kader Ulama, Beasiswa Santri Berprestasi dan program kegiatan lain yang menunjang kaderisasi ulama telah berjalan dengan baik dan menghasilkan output dan outcome yang positif.
Sampai saat ini banyak santri Pondok Pesantren yang telah memiliki capaian akademik dan non-akademik yang cukup membanggakan di berbagai bidang. Pencapaian tersebut patut kita syukuri karena Ditjen Pendidikan Islam telah bekerja keras dalam memfasilitasi para santri dalam meningkatkan kualitas pendidikan mereka.
Secara khusus Kementerian Agama juga memberikan perhatian yang intens terhadap upaya kaderisasi ulama di tengah masyarakat. Beasiswa Pendidikan Kader Ulama berfokus pada upaya pencetakan ulama yang mumpuni dalam ilmu agama. Pemberian beasiswa dan program kerja lainnya dalam konteks kaderisasi ulama setidaknya dilatari oleh beberapa hal, yaitu:
Pertama, kita menyadari makin hari makin banyak ulama berpengaruh yang telah wafat meninggalkan kita. Para ulama yang wafat tersebut meninggalkan warisan umat yang perlu terus dijaga dan dibina.
Kedua, ketokohan dan keteladanan ulama makin berkurang. Belakangan ini masyarakat bahkan cenderung skeptis ketika berbicara tentang ulama. Dalam beberapa kesempatan, masyarakat seperti disajikan drama kemerosotan moral yang di dalamnya masyarakat melihat adanya keterlibatan tokoh-tokoh yang memiliki kedalaman ilmu agama Islam.
Ketiga, proses regenerasi pengasuh pondok pesantren yang belum berjalan dengan optimal. Faktor ini menjadi tantangan tersendiri bagi Ditjen Pendidikan Islam karena regenerasi mengandaikan adanya proses penyerahan tongkat estafet kepemimpinan yang didalamnya terdapat proses penggantian fungsi manajemen dan acap kali menyertakan unsur kharisma.
Dalam dialektika zaman now umat Islam saat ini menghadapi persoalan keagamaan yang langsung dan seketika berada dan hadir di hadapan masing-masing. Ketika kita tengah sibuk mengembangkan program kaderisasi ulama, misalnya, pada saat bersamaan umat tengah mendapat broadcast pesan keagamaan yang cenderung tidak jelas dasar hukum dalam ajaran Islam. Belum sempat mereka mendapatkan penjelasan yang memadai dari para ulama secara langsung, mereka telah mendapatkan broadcast lain yang tak kalah merisaukan. Dari contoh ini, kita bisa menggarisbawahi bahwa tantangan syiar Islam telah sedemikian rupa berkembang dalam rupa-rupa rutinitas kehidupan umat.
Dalam kaitan ini patut kiranya Ditjen Pendidikan Islam mengembangkan kerangka pengembangan kaderisasi ulama yang benar-benar mampu menyentuh titik epicentrum kebutuhan umat dalam konteks kekinian. Kita tentu tidak menginginkan persoalan umat dan ulama sebagaimana dua orang yang hendak bertemu namun dipisahkan sungai yang mengalir deras dan tidak ada sarana untuk menyeberangkan keduanya untuk bertemu. Jangan sampai kita biarkan umat sendirian dalam menghadapi persoalan keagamaan yang mereka hadapi. Sepatutnya Jangan sampai membiarkan umat kebingungan dalam mendapatkan pegangan dalam menghadapi perkembangan zaman.
Kader-kader ulama haruslah orang-orang pilihan yang tidak hanya memiliki kecerdasan, tapi juga memiliki komitmen dan keikhlasan yang tinggi terhadap tugas mulia sebagai pewaris tugas para nabi dan rasul. Tanpa kecerdasan yang memadai, niscaya berbagai tantangan tidak akan terkelola dengan baik. Anak-anak muda calon ulama itu juga adalah mereka yang sepatutnya ikhlas dan nonpartisan dalam menjalankan misi dakwah yang akan diemban. Keikhlasan akan menentukan sejauh mana misi dakwah itu berlabuh, apakah demi kepentingan umat seutuhnya atau bukan.
Tugas lain yang telah menanti para kader ulama adalah upaya pemberdayaan umat. Saat ini dengan beban ekonomi yang makin tidak ringan, umat dihadapkan pada tantangan ekonomi yang kompleks. Untuk itu selain mengisi dan menjaga kapasitas pengetahuan ilmu agama Islam, para kader ulama diharapkan juga mampu mengembangkan praktik pembinaan melalui upaya pemberdayaan ekonomi umat. Umat memerlukan stimulus nyata agar mereka mampu meningkatkan kesejahteraan dan peningkatan kualitas kehidupan di tengah himpitan masalah ekonomi dan sosial yang mereka hadapi.
Ulama seyogyanya mampu merespon isu-isu agama, sosial-budaya, dan ekonomi dengan kreativitas yang positif dan produktif agar benar-benar memberi manfaat nyata bagi masyarakat. Kita tidak perlu pesimistis dengan kelemahan yang kita miliki, karena dalam ajaran Islam banyak wacana dan potensi ajaran yang dapat dijadikan sarana pengembangan melalui semangat kewirausahaan, zakat, infak, sedekah, dan wakaf.
Demi memenuhi perspektif Islam rahmatan lil alamin, para kader ulama diharapkan mampu mengembangkan nilai-nilai intrinsik yang terdapat dalam ajaran Islam dalam kerangka mendorong umat untuk terus meningkatkan kadar keimanan dan kreativitas dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Untuk sampai pada berbagai kualifikasi tersebut diatas, para kader ulama sepatutnya juga memperkuat kapasitas diri dengan seoptimal mungkin menyerap ilmu-ilmu keagamaan Islam (tafaaquh fiddin) seperti Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Ushul Fiqih, Fiqhud Dakwah, bahasa Arab, dan memiliki bekal ilmu-ilmu kemasyarakatan yang diperlukan untuk menunjang tugas dakwah dan bimbingan umat.
Pada saat bersamaan para kader ulama diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai perkembangan terkini, piawai mengemasnya dalam pesan-pesan keagamaan Islam yang dapat diterima semua pihak tanpa harus kehilangan jati diri sebagai ulama dan kharisma kewibawaan ulama. Para kader ulama jangan hanya terpaku pada entitas akademik yang menjadi konteks Pendidikan Kader Ulama.
Pada konteks pemberdayaan diri dan pengembangan kreativitas ini, para kader ulama perlu membuka diri untuk mempelajari dan mencermati beragam perkembangan sosial-budaya yang demikian cepat, sehingga apapun tantangan dan masalah yang ditimbulkan dari perkembangan tersebut dapat segera direspons dengan tepat. Mari cermati dan pelajari berbagai budaya populer yang senantiasa membayangi generasi muda. Bagi para kader ulama yang tengah atau sudah menerima beasiswa juga sepatutnya mengembangkan penelitian mandiri terkait persoalan umat yang terus berkembang tanpa menunggu selesainya beasiswa yang diterima. Penelitian akan bermanfaat untuk memotret secara tepat persoalan yang berkembang pada umat untuk pada akhirnya memberikan afirmasi desain-desain syiar Islam, pola komunikasi dengan umat, serta berbagai hal terkait dakwah dan syiar Islam dengan tepat dan bernas.
Pendis Expo dan Deklarasi Serpong adalah peristiwa yang monumental. Semngat dasar yang disuarakan dari hajatan ini adalah semacam prosiding agar semua untuk tidak cepat berpuas diri atas capaian-capaian dan seremonial program kerja pengembangan pendidikan Islam, khususnya dalam program kaderisasi ulama. Kita perlu terus meningkatkan kualitas dan kapasitas kaderisasi ulama agar berbagai hambatan, halangan, dan kendala dapat kita hadapi dengan tepat.
Wallahu a`lam..
(Saiful Maarif, Bekerja pada Bagian OKH Ditjen Pendidikan Islam)
Bagikan: