Jika melihat mata kuliah tafsir pada Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Perguruan Tinggi Asosiasi Dosen Tadris IPA (ADRISPA), nampak ia belum sepenuhnya disampaikan secara terpadu. Selain itu, mata kuliah tersebut juga belum melibatkan dosen sains dan belum ada Rencana Pembelajaran Semester (RPS) tafsir sains terpadu. Dalam konteks inilah saya hendak menuangkan gagasan tentang pengembangan model pembelajaran tafsir sains terpadu.
Prinsip pembelajaran tafsir sains terpadu ini pada dasarnya menyatukan atau memadukan materi yang memiliki potensi untuk dipadukan secara tematik dengan metode maudhu‘i. Metode maudhu‘i atau tematik ialah metode yang membahas ayat-ayat Alquran dengan tema atau judul tertentu.Menurut Qurais Shihab di antara arti metode maudhu’i adalah penafsiran menyangkut satu surat dalam Alquran dengan menjelaskan tujuan-tujuannya secara umum, sehingga satu surat dengan berbagai ragam tema yang ada di dalamnya dapat dilihat sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Sedangkan dalam perspektif sains, menurut Forgaty “model terintegrasi melibatkan diskusi tim interdisipliner saat merencanakan kurikulum.”Model pembelajaran tafsir sains terpadu ini memiliki kebaruan adanya syntax model pembelajaran yang jelas, terstruktur, dapat diakses melalui website dan adaptif dengan model pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning - PBS). Sehingga, selain memudahkan dosen dan mahasiswa dalam pembelajaran tafsir sains terpadu, juga dapat memberikan akses kepada masyarakat dalam memahaminya melalaui website.
Beberapa waktu yang lalu, saya juga telah melakukan analisa kebutuhan terhadap 30 dosen tafsir dan sains dengan pilihan jawaban skala likert skor 1-5. Hasilnya sebagai berikut: (1) RPS (rencana pembelaaran studi) tafsir sains rerata skor 4.73 (Sangat Butuh); (2) isyarat ilmiah ayat al-Quran rerata skor 4.60 (Sangat Butuh); (3) tema tafsir sains rerata skor 4.70 (Sangat Butuh); (4) media audio visual rerata skor 4.60 (Sangat Butuh); (5) syntax pembelajaran rerata skor 4.75 (Sangat Butuh); (6) menyebutkan aktivitas pembelajaran rerata skor 4.73 (Sangat Butuh); (7) diskusi interdisipliner persiapan materi tafsir sains rerata skor 4.80 (Sangat Butuh).
Produk utama penelitian ini adalah model pembelajaran tafsir sains terpadu ber-syntax, yang dapat diakses di website dan adaptif dengan model PBS. Produk pendukungnya adalah RPS tafsir sains terpadu lengkap dengan tema tafsir sains. Model pembelajaran tafsir sains terpadu ini telah melalui uji coba perorangan (n=6), kelompok (n=12) dan uji coba terbatas (n=27) dengan hasil aspek penilaian pilihan jawaban mahasiswa skala likert skor 1-5 sebagai berikut: (1) rerata skor rasionalitas model 4.32 (Baik), (2) rerata skor kharakteristik model 4.29 (Baik), (3) rerata skor unsur tahapan model 4.28 (Baik), (4) rerata skor unsur tugas personal 4.10 (Baik), (5) rerata skor manfaat psikologis 4.53 (Sangat Baik), (6) rerata skor manfaat fisiologis 4.68 (Sangat Baik).
Berdasarkan uji efektifitas model melalui uji paired test diperoleh hasil t hitung 12.684, sedangkan p=0.00-0.05. Dengan demikian model pembelajaran tafsir sains terpadu layak dan efektif dapat meningkatkan hasil belajar tafsir sains terpadu mahasiswa Tadris IPA.
Adapun model pembelajaran tafsir sains terpadu adalah sebagai berikut:
Pertama, menentukan dasar sains di Alquran. Pada tahap ini menghasilkan beberapa ayat, yaitu QS. al-Baqarah ayat 168, QS. al-Maidah ayat 88, dan QS. al-Nahl ayat 114.
Kedua, menentukan isyarat ilmiah. Pada tahap kedua ini proses pembelajaran menemukan beberapa ayat, yaitu QS. al-Baqarah ayat 168, QS. al-Maidah ayat 88, QS. al-Nahl ayat 114. Ayat-ayat ini diperoleh dari kosa kata kulu min ma (كلوا مما).
Ketiga, Menentukan tema pembelajaran, yang hasilnya yaitu tema makanan.
Keempat, tafsir sains terpadu yang menghasilkan dua kosa kata inti, yaitu kulu (كلوا) dan halalan tayyiba.
Penggalan ayat كُلوا yang berarti ”makanlah,” merupakan fi’il amar (kata kerja perintah). Hal ini berarti Allah swt memerintahkan kepada seluruh umat manusia untuk makan. Perintah makan selaras dengan kebutuhan dasar manusia agar energi manusia terpenuhi dan dapat melakukan aktifitas. Energi berasal dari makanan yang mengalami proses pencernaan makanan secara mekanik dan kimiawi. Energi dari makanan adalah energi kimia yang diubah oleh sistem pencernaan makanan menjadi bentuk lain.
Demikian juga, manusia diperintahkan untuk memilih makanan yang halal dan t}ayyib (baik). Allah menyediakan banyak sekali makanan di muka bumi ini. Namun, manusia diperintahkan untuk memakan yang halal lagi baik. Makanan yang baik adalah yang menyediakan cukup energi (kalori) dan tidak merusak tubuh, tidak menimbulkan penyakit jika dikonsumsi dalam jangka panjang maupun pendek.
Standar “halal lagi baik” dimaksudkan agar manusia mendapatkan energi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh dan tidak memiliki efek samping yang merusak organ.
Dengan demikian, model pembelajaran tafsir sains terpadu sangat dibutuhkan dan efektif dalam pembelajaran tafsir sains terpadu. Karena memiliki syntax yang jelas, terstruktur, adaptif dengan model PBS. Selain itu model pembelajaran ini juga memudahkan dosen dan mahasiswa serta dapat diakses melalui website, http://bersaqural.com/. (FYI/Hik)
Bagikan: