Surabaya (Pendis) - Pandemi Covid-19 membawa banyak perubahan di berbagai sektor, salah satunya pendidikan. Di sektor ini, pandemi ikut mempercepat proses transformasi pembelajaran di Indonesia. Kalangan pendidik menjadi terbiasa menyederhanakan kurikulum, melaksanakan asesmen diagnostik, dan menyelenggarakan pembelajaran terdiferensiasi. Ketiga komponen ini merupakan karakteristik utama Kurikulum Merdeka.
Plt Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Timur, Santoso mengatakan, pola pembelajaran seperti yang dipaparkan dalam Kurikulum Merdeka sebenarnya sudah lama dijalankan madrasah.
"Kurikulum yang dilaksanakan di madrasah bertujuan menyiapkan anak didik agar mampu beradaptasi di tengah masyarakat setelah lulus nanti," kata Santoso di Surabaya, Selasa (20/06/2023).
Pendidikan madrasah juga memperkuat penanaman karakter keagamaan untuk mencetak generasi yang islami dan berakhlak mulia atau akhlakul karimah. Sosok yang aktif menjaga keutuhan dan kemuliaan negara dan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, pendidik meski membekali sejumlah pengetahuan yakni nilai ilahiyah dan nilai insaniyah. Tujuan yang sama seperti terkandung dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), salah satu hal yang ditekankan dalam Kurikulum Merdeka.
Percepatan trasformasi pendidikan ini juga diakui para guru dan kepala sekolah dari Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur dalam kegiatan Lokakarya Praktik Baik Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Jawa Timur dan Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi) di Surabaya.
Lokakarya diikuti ratusan peserta yang terdiri dari pengawas Madrasah, guru Madrasah, SD Negeri, dan SD Swasta dari se-Jawa Timur. Narasumber kegiatan adalah guru, kepala sekolah, dan guru pengurus Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Kelompok Kerja Madrasah (KKM) yang menulis pengalamannya di Buku Kisah Transformasi Pembelajaran di Daerah.
Guru yang berbagi praktik baik ini di antaranya adalah Puji Lestari, guru SD Negeri Terpadu Utama 2 Tana Tidung, Kalimantan Utara.
Pandemi mendorong Puji menggunakan asesmen diagnostik, pembelajaran terdiferensiasi, dan penyederhanaan kurikulum dalam pembelajaran. Asesmen diagnostik membantu Puji untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca siswa.
Puji mengatakan, penggunaan karakteristik Kurikulum Merdeka terbukti efektif meningkatkan kemampuan membaca siswanya. Pada tahun akademik 2022/2023, Puji berhasil membantu 67 persen siswanya mencapai tingkat pemahaman membaca dalam waktu tujuh bulan.
Acara ini dilakukan seiring dengan keputusan Kemenag yang siap mendukung kebijakan penerapan Kurikulum Merdeka untuk memperlancar proses pemulihan pembelajaran (learning recovery). Berdasarkan studi yang dilakukan INOVASI, program kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Australia, menunjukkan bahwa asesmen diagnostik, pembelajaran terdiferensiasi, dan penyederhanaan kurikulum berkontribusi dalam proses pemulihan pembelajaran di bidang literasi dan numerasi.
Ditemukan pula indikasi pemulihan hasil belajar literasi dan numerasi setara dengan dua bulan pembelajaran. Studi ini melibatkan 4.103 siswa, 360 guru di 69 sekolah dari 7 kabupaten di 4 provinsi mitra Program INOVASI di Indonesia yaitu Provinsi Jawa Timur, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Tags:
MadrasahBagikan: