Bimtek K13: Guru PAI Harus Kreatif dan Inovatif

Bimtek K13: Guru PAI Harus Kreatif dan Inovatif

Tangerang (Pendis) - Direktorat Pendidikan Agama Islam melalui Subdit PAI pada SMP kembali menyelenggarakan kegiatan Bimtek Kurikulum PAI 2013 (K13) SMP angkatan 11 dan 12 untuk wilayah Provinsi Banten selama 3 hari, 07-09 Juli 2015 di Hotel Allium Kota Tangerang Banten. Hadir dalam pembukaan Direktur Pendidikan Agama Islam, H. Amin Haedari, Kepala Subdit PAI pada SMP, H. Nifasri, Kepala Bidang PAKIS Kanwil Kemenag Provinsi Banten yang dalam hal ini diwakili Kasi PAI, Hj. Eroh Bahiroh, Kasi PAI Kantor Kemenag Kota Tangerang, H. Nurhasan, dan beberapa orang pejabat di lingkungan Direktorat Pendidikan Agama Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Adapun peserta yang diundang sebanyak 80 orang guru PAI SMP dari tujuh kabupaten/kota, yaitu Kota Serang, Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kab. Pandeglang, Kab. Serang, Kab. Tangerang, dan Kab. Lebak. Semuanya bisa hadir mengikuti bimtek tersebut.

Dalam paparannya, Nifasri menyampaikan antara lain bahwa kegiatan bimtek yang berlangsung selama tiga hari ini merupakan pendalaman materi K13 PAI SMP. Artinya bahwa peserta kegiatan ini sudah pernah mengikuti bimtek pelatihan K13, dengan harapan, nantinya K13 bisa diterapkan dan dilaksanakan secara maksimal di sekolah masing-masing (07/07/2015).

Menurutnya lagi, bahwa bimtek sekarang berbeda dengan bimtek yang dulu-dulu yang sarat dengan ceramah (kognitif). Bimtek sekarang lebih mengedepankan keaktfian dan kreatifitas peserta. Di samping itu, akan diberikan trik-trik dari para isntruktur dalam penerapan K13 di sekolah serta metode-metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

Sementara itu, Direktur PAI, H. Amin Haedari dalam arahannya menyatakan bahwa, apapun yang kita kerjakan dan pelajari, ujung-ujungnya adalah berpulang kepada niat dan semangat. Apabila tidak ada niat dan semangat untuk melakukan perubahan, maka tidak akan terjadi perubahan yang diinginkan. Dan sesuatu hal yang baik menurutnya, tidak usah ditunda-tunda untuk dilksanakan. Kurikulum PAI 2013 yang lebih mengutamakan kepada sikap, bukan semata berorientasi kepada pengetahuan (knowledge oriented), sangat pas dan relevan. Bahwa agama dipahami tidak secara kognitif, tapi lebih kepada sikap.

Perilaku-perilaku orang beragama (Islam), menurutnya lagi, seringakali ditemukan tidak menunjukkan seperti orang yang beragama. Padahal dia beragama. Sebagaimana kita ketahui bersama, berperilaku baik seperti disiplin, jujur, saling menghormati, dan sebagainya, tidak hanya dimiliki oleh orang Islam, akan tetapi orang lain justeru lebih merasa memiliki semua perilaku tersebut. Ironis sekali. Itulah mengapa Kementerian Agama terus mekalukan pelatihan-pelatihan seperti ini, sekalipun di lapangan masih banyak yang tidak bisa dilaksanakan di sekolah. Akan tetapi hal ini tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak melaksanakan ruh yang ada pada Kurikulum 2013.

Selanjutnya dalam kesempatan ini, Amin menghimbau kepada para peserta agar mampu mengemas pendidikan agama menjadi sesuatu yang lebih menarik lagi, sehingga bisa diminati oleh peserta didik. "Saya berharap Bapak Ibu mampu mengembangkan dan mengemas PAI menjadi sesuatu yang menarik. Karena kalau tidak menarik, akhirnya kurang diminati walaupun materinya bagus. Kita ingin pendidikan agama diolah sedemikian rupa sehingga menjadi menarik," kata Amin.

Terkait dengan materi PAI yang menarik, menurutnya, guru dituntut mampu mengembangkan kreatifitasnya dalam menciptakan pembelajaran yang menarik, sehingga menjadikan siswa selalu merindu (al tasywiq) terhadap PAI, merasa penasaran seperti halnya menonton sinetron serial. Bagaimana guru bisa merubah 2 jam pelajaran siswa menjadi bosan, tapi 3 jam menjadi kurang. Nah, Kurikulum 2013 ini justeru mengharuskan guru untuk lebih kreatif dan inovatif, bagaimana membuat peserta didik bisa lebih aktif, baik untuk bertanya, berpendapat, dan sebagainya. Bertanya merupakan sebuah proses berpikir, di mana untuk membuat sebuah pertanyaan adalah sangat sulit. Untuk bisa menciptakan suasana pembelajaran menyenangkan, guru harus menguasai 4 hal, pertama, metodologi pembelajaran. Metodologi pembelajaran adalah sebuah ilmu dalam mengembangkan cara yang dilalui dalam proses pembelajaran yang berupa prinsip-prinsip umum dalam mengajar dan belajar.

Kedua, substansi keilmuan. Ilmu pengetahuan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi melalui tahapan periodik dan perubahan. Hal ini karena adanya perkembangan zaman dan perubahan pola pikir manusia dari masa ke masa, dari kepercayaan mitos menjadi lebih rasional, dan sebagainya.

Ketiga, IT (teknologi informasi). Teknologi informasi dewasa ini merupakan kebutuhan vital manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya. Kemajuan yang agresif dari teknologi informasi dan komunikasi saat ini telah memungkinkan manusia untuk melakukan proses komunikasi informasi secara lebih cepat dan akurat dalam menghadapi globalisasi. Pemahaman tentang IT saat ini merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai oleh semua guru sebagai penunjang pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

Keempat, teaching skills. Teaching skills merupakan kemampuan guru dalam menjelaskan kepada peserta dengan baik dan memahamkan, terutama dalam aspek kebahasaan. Sebab banyak orang pintar tapi tidak mampu menyampaikan ilmunya dengan baik, sehingga siswa pun tidak memahami dengan baik apa yang disampaikan. Dalam bahasa lain, guru harus pintar untuk dirinya sendiri dan mampu membuat pintar orang lain, "nafi`an linafsihi wa nafi`an lighairih".

Dalam konsep Islam, hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari sekarang, ada continuous improvement, harus ada usaha-usaha berkelanjutan dan terus-menerus untuk mengembangkan dan melakukan perbaikan dalam segala bidang. Kemajuan PAI tidak mengandalkan orang lain, tetapi justeru kita sendirilah yang harus membawa PAI menjadi lebih maju ke depan. "Dan melalui momentum Ramadhan ini, marilah kita teguhkan niat dan semangat untuk mengemas dan menjadikan PAI menjadi lebih baik dan lebih menarik, dan menjadikan anak didik tidak hanya menjadi obyek, tapi juga sebagai subyek dalam proses belajar mengajar," demikian Amin mengakhiri arahannya.

(ozi/dod)


Tags: