Catatan Ringan Dibalik Antrian PSB MTsN Kota Bekasi

Catatan Ringan Dibalik Antrian PSB MTsN Kota Bekasi

Jakarta (Pendis) - Kamis, 27 April 2017 ba`da sholat shubuh saya bergegas menuju MTsN Kota Bekasi untuk mengambil nomor antrian pendaftaran siswa baru untuk anak saya, alangkah terkejutnya begitu tiba di lokasi sekitar pukul 5 pagi antrian panjang sudah mengular hingga ke jalan raya, segera saya tengok meja pendaftaran ternyata sudah hampir mencapai nomor 100 dari kuota 125 nomor per hari, itu berarti banyak pengantri yang tidak kebagian untuk mengambil nomor pendaftaran pada hari itu juga termasuk saya yang akhirnya mendapat jadwal pengambilan nomor pada hari selasa berikutnya.

Panjangnya antrian tidak menghalangi niat orang tua murid untuk menyekolahkan anaknya di MTsN Kota Bekasi, saya sempat berbicara dengan salah satu orangtua murid yang rela mengantri sejak pukul 3.30 pagi "saya dapet nomor 25 mau sholat subuh dulu di Masjid sekolah sekalian istirahat", ujarnya dengan letih, Bahkan ada seorang ibu yang meninggalkan pekerjaannya demi menyekolahkan anaknya di MTsN, Subhanallah. Salah satu satpam MTsN mengakui antusiasme warga begitu besar dalam 3 hari ini "17 tahun saya di sini baru kali ini ada antrian panjang kayak gini, padahal pendaftaran ditutup sampe tanggal 19 Mei, takut pada kagak kebagian kali ya", selorohnya dengan logat khas Bekasi.

Para orang tua murid membenarkan apa yang dikatakan satpam tadi mereka khawatir tidak mendapatkan nomor pendaftaran meski penutupan pendaftaran masih lama, ditengah hiruk pikuk antrian ada kekagetan bahkan sampai ada yang tidak percaya dengan kejadian ini dan tak terasa pagi itu sedikit demi sedikit mulai terang, antrian semakin panjang dan akupun pulang. Dalam perjalanan pulang saya tersenyum bangga, bangga bukan karena dapat nomor antrian pendaftaran tapi bangga karena perkembangan madrasah semakin membaik yang ditandai dengan adanya kepercayaan dan harapan yang tinggi dari masyarakat kepada madrasah.

Pelajaran yang dipetik dari fenomena di atas bukanlah tentang proses pendaftarannya tapi dari sisi perluasan akses belajar di madrasah, memang kejadian di atas terdapat kekurangan tapi itu karena ada tindakan sporadis masyarakat yang tidak diduga sama sekali oleh pihak madrasah, kedepan sebaiknya ditengah era informasi ini pihak Kanwil Kemenag atau kankemenag Kab/Kota dapat menginisiasi PSB secara online seperti yang dilakukan SMP pada Kab/Kota, itu adalah upaya prestise untuk prestasi, semakin banyak yang mendaftar semakin berkualitas output yang didapatkan.

Di zaman seperti ini para orang tua sebenarnya mulai khawatir dan resah tentang kurangnya pendidikan agama Islam pada sekolah umum buat anak-anak mereka. Ditambah lagi semakin meningkatnya kesadaran keislaman masyarakat perkotaan, akhirnya karena keterbatasan akses maka para orangtua terpaksa menyekolahkan anaknya pada sekolah umum dan mencari alternatif sekolah terpadu yang mahal yang tentu saja tidak dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Ditjen Pendidikan Islam selaku pemangku kebijakan hendaknya menangkap peluang ini dengan memperluas akses pendidikan agama pada masyarakat perkotaan. Gairah ini bukan hanya dirasakan di kota Bekasi tetapi juga di beberapa kota di Jawa Barat bahkan bisa jadi di beberapa wilayah Indonesia.

Sebagai contoh di kota Bekasi hanya terdapat 1 MIN, 3 MTsN dan 2 MAN, mari bandingkan dengan jumlah SDN di satu kelurahan saja bisa mencapai minimal 8 SDN, lalu untuk SMPN ada 49, 22 SMAN dan 15 SMKN. Ironisnya di Kota Depok tak ada MAN dan MIN tapi hanya ada 1 MTsN. Meskipun Madrasah tidak sanggup untuk menyamainya tapi setidaknya perbandingan di atas sangat tidak wajar untuk kota penyanggah ibukota, istilahnya gajah dipelupuk mata tidak kelihatan. Saya kira ini harus menjadi perhatian utama kalau tidak mau dikatakan prioritas, harus ada terobosan yang nyata dan upaya-upaya kerjasama antar stakeholder untuk mengadakan unit madrasah baru, bila perlu sederhanakan birokrasi yang menghambat, untuk penghematan tidak usah yang berstandar international atau semacamnya cukup taruh saja seorang Manajer/Kepala Madrasah yang bermutu nanti juga dengan sendirinya akan berkembang baik.

(Ahmad Chair Maulida. Orang tua murid pendaftar di MTsN Bekasi).


Tags: