Dirjen Pendis M Ali Ramdhani bertemu pengurus Asosiasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (APTIKIS) di ruang kerjanya.

Dirjen Pendis M Ali Ramdhani bertemu pengurus Asosiasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (APTIKIS) di ruang kerjanya.

Jakarta (Pendis) -- Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Muhammad Ali Ramdhani, menyampaikan bahwa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) jangan menganggap sesama perguruan tinggi sebagai musuh, karena kata dia musuh bersama kita adalah kebodohan. Demikian dikatakan Kang Dhani -panggilan akrabnya- saat menerima pengurus Asosiasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (APTIKIS) Indonesia di ruang kerjanya, Jakarta (2/2/23).

"Jangan jadikan perguruan tinggi lain sebagai musuh hanya karena saling rebut jumlah mahasiswa. Musuh kita itu kebodohan, yang harus kita hadapi bersama. Mari saling bekerjasama, saling sinergi agar dapat menyumbangkan kemajuan," tegasnya.

Lebih lanjut Kang Dhani menyampaikan bahwa APTIKIS Indonesia harus menjadi mitra strategis dan penyemangat antar sesama anggota, khususnya untuk meningkatkan penjaminan mutu perguruan tinggi. 

"Hadirnya APTIKIS Indonesia harus menjadi penyemangat antar anggota untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi. Sesama PTKIS harus saling bekerjasama seperti bagaimana membangun atmosfir akademik yang baik. Bagaimana memperbaiki proses pembelajaran di lingkungan masing-masing. Janganlah kuliah sepekan cuma sekali di hari Sabtu atau Minggu. Bagaimana ingin membangun habit ilmiah jika seperti itu," tandasnya.

Terkait tuntutan APTIKIS yang meminta Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) dapat menurunkan biaya pengurusan akreditasinya dan mendorong agar Kemenag mengarahkan PTKIS agar tetap diakreditasi oleh BAN PT karena gratis, mantan Warek I UIN Sunan Gunung Djati ini menegaskan bahwa tidak semua obat cocok untuk semua penyakit. Menurutnya, mendesak Kemenag menurunkan biaya yang ditetapkan LAM tidaklah tepat.

"Keberadaan LAM yang didirikan oleh masyarakat itu dikelola oleh orang-orang profesional. Mereka bekerja sesuai bidang masing-masing. Kalau semua ke BAN PT, belum tentu ke depan cocok untuk mengakreditasi prodi yang terus berkembang. Soal anggaran, ya kan itu relatif. Jangan minta ke kami menurunkan biaya. Datang ke LAM bapak ibu untuk sampaikan aspirasi," ungkapnya.

Lebih lanjut, pihaknya bisa memberikan bantuan untuk akreditasi selama itu dilaksanakan secara sungguh-sungguh. 

"Tidak masalah jika nanti kami harus memberikan bantuan untuk akreditasi melalui LAMGAMA selama hal tersebut dilakukan secara sungguh-sungguh. Kami tidak ragu untuk menyediakan anggaran selama itu dapat mendukung penjaminan mutu perguruan tinggi. Konsen kami sekarang adalah mutu bukan jumlah", tuturnya.

Sementara itu Kasubdit Kelembagaan dan Kerjasama, Thobib Al Asyhar, menyampaikan bahwa pendirian LAMGAMA saat ini sedang dalam proses yang telah disiapkab oleh Tim Ahli dari berbagai bidang ilmu. Dengan lahirnya LAMGAMA nanti akan menjadi jawaban dari berbagai persoalan akreditasi bagi prodi-prodi rumpun ilmu keagamaan.

"Saat ini proses pendirian LAMGAMA sedang dalam tahap finishing oleh Tim Ahli bidang ilmu-ilmu agama. Semoga tidak terlalu lama dapat diselesaikan dan segera di submit di BAN PT agar diproses untuk disetujui", harap mantan Sekretaris Menag ini. (Thobib)