Diperlukan Pendidikan Alih Generasi

Diperlukan Pendidikan Alih Generasi

BANDUNG, (PRLM).- Indonesia akan menjadi empat negara besar dunia tahun 2050. Dinamika bangsa Indonesia saat ini merupakan bagian dari proses menuju generasi baru bangsa menuju ke puncak kejayaan tersebut. Maka yang paling mendesak dilakukan saat ini adalah membangun mindset bangsa dan believe system.

"Pendidikan alih generasi harus dilakukan sejak sekarang. Dan sebaik-baik bekal yang diberikan bagi generasi mendatang adalah pendidikan karakter," kata Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd. dalam Chief Executive Officer (CEO) Gathering, di Grand Preanger Hotel, Rabu (25/5/2011).

Pertemuan bertema "Strategi Percepatan Pembangunan Budaya/Karakter di Dunia Usaha dan Pendidikan" ini diselenggarakan ESQ. Hadir dalam pertemuan ini pendiri ESQ Dr. H.C. Ary Ginanjar Agustian; Asda II Wawan Ridwan; Ketua Umum Kadin Jabar Agung S. Sutisno; Dirut Bank Jabar Banten Agus Ruswendi, S.E. AK. M.M.; AVP Culture Management PT Telkom Edy Supriyono; dan Direktur Pendidikan Intitut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Dr. Kadarsah Suryadi, DEA.

Rektor UPI mengemukakan, Alquran Surat Ar-Rad ayat 11 mampu memberikan energi kepada bangsa Indonesia untuk berubah. Karena ternyata perubahan itu tergantung dari apakah bangsa ini mau berubah atau tidak, apakah bangsa Indonesia siap berubah atau tidak.

"Saat ini merupakan situasi di mana bangsa Indonesia dalam posisi perubahan menuju puncak peradaban dunia itu. Dalam proses perubahan itu, pendidikan karakter merupakan sebuah keniscayaan. Sebab, hanya bangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu mencapai puncak peradaban dunia itu," kata Prof. Sunaryo.

Menurut dia, perhatian pemerintah yang lebih besar terhadap pendidikan karakter sesungguhnya bukanlah sesuatu yang baru, melainkan menempatkan pendidikan pada proporsi yang sebenarnya. Sebab, bangsa Indonesia ke depan akan dipegang oleh anak bangsa yang saat ini berusia antara 15 s.d. 25 tahun. Jika pendidikan yang diberikan tidak mampu menjawab kebutuhan mereka, maka niscaya bangsa Indonesia akan kehilangan satu generasi.

Prof. Sunaryo menggambarkan bahwa pendidikan karakter tak ubahnya seperti mengukir, memberikan sentuhan agar barang tersebut memiliki nilai lebih. Itulah sebabnya, ukiran sering lebih bernilai ketimbang harga barang yang diukir itu sendiri. "Di dalam karakter ada nilai inti yang berasal dari budaya. Kita tidak mungkin membangun karakter yang terlepas dari budaya kita sendiri," ujar Prof. Sunaryo.


Tags: