Direktorat PAI Rancang Skenario Baru di Tahun 2016

Direktorat PAI Rancang Skenario Baru di Tahun 2016

Tangsel (Pendis) - "Dalam teori perubahan sosial ada perubahan yang disengaja dan tidak disengaja. Pendidikan adalah sebuah elemen kebutuhan yang senantiasa mengalami perubahan. Perubahan dalam pendidikan menuntut rekayasa atau kesengajaan. Tapi bukan sembarang kesengajaan melainkan direncanakan," ungkap Direktur Pendidikan Agama Islam, Dr. Amin Haedari di depan 54 peserta kegiatan Pengembangan Pembelajaran dan Penilaian Kurikulum PAI Angkatan-1 di Serpong, Tangerang Selatan (06/03/2016).

Peserta yang diundang adalah para Visitor kegiatan Visiting PAI Tingkat SD Tahun 2015, Instruktur Nasional, Peserta Short Course Australia Tahun 2015 dan beberapa instruktur PAI dari DKI Jakarta. Pada Tahun 2015 mereka merupakan para instruktur Kurikulum 2013 PAI di daerahnya masing-masing dan sudah dipandang mumpuni dalam kegiatan Bimtek (Bimbingan Teknis) Kurikulum 2013 PAI. Dan yang jelas mereka adalah sosok-sosok Guru PAI SD unggulan.

Untuk itu kegiatan yang merupakan refreshment ini merupakan tantangan tersendiri bagi mereka agar mampu menelurkan sesuatu yang baru. Lebih menarik,menggugah dan menggigit tentunya.

Lebih lanjut Amin Haedari menambahkan, "kegagalan seorang siswa dalam belajar ditandai dengan tidak adanya perubahan pengetahuan, ketrampilan maupun sikap. Sementara bagi para guru yang mengajar, kegagalan terindikasi jika tidak ada perubahan dalam kemampuan memenej pembelajaran. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian".

Salah satu visi ke depan dari Direktorat PAI adalah mengusung skenario perubahan ke arah lebih baik dalam proses pembelajaran PAI. Artinya pada Tahun 2016 harus dimunculkan skenario perubahan baru yang lebih baik daripada Tahun 2015. Ini baru yang disebut rekayasa sosial (social engineering) dalam pendidikan.

Dua syarat penting dalam perubahan tersebut adalah terencana dan berkesinambungan. Bukan gradual dan sporadis. Artinya para guru PAI sebagai subyek sekaligus sasaran perubahan nantinya tidak sekedar mengerti tapi memang harus membuat suatu perubahan penting dalam pembelajaran. Inovasi tak selalu harus baru tapi bisa menambah di sisi-sisi lain yang kurang, mengkombinasikan hal-hal baru, asesoris baru, intinya ada kreativitas baru.

Skenario baru apakah yang akan menjadi gebrakan Direktorat PAI di Tahun 2016?. Kita tunggu hasil kerja mereka saat merancang perubahan pada kegiatan selama 3 hari ini, 6 s/d 8 Maret 2016. Yang jelas jika di Tahun 2015 Dit. PAI mengemas metodologi pembelajaran maka di Tahun 2016 para guru PAI akan lebih didorong untuk inovatif dalam hal penilaian pembelajaran.

(wikan/dod)


Tags: