Direktur PAI: Perguruan Tinggi Tanpa Guru Besar Itu Bagaikan Pesantren Tanpa Kyai

Direktur PAI: Perguruan Tinggi Tanpa Guru Besar Itu Bagaikan Pesantren Tanpa Kyai

Serpong (Pendis) - "Perguruan tinggi yang tidak memiliki guru besar itu sama halnya dengan pesantren tanpa kyai, atau hutan yang tidak ada harimaunya". Demikian pernyataan Direktur Pendidikan Agama Islam, Imam Safei, dalam kegiatan Peningkatan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAI pada PTU di Serpong, 11-13 April 2017. Kegiatan ini dihadiri oleh dosen PAI dan beberapa rektor Perguruan Tinggi Umum yang berbasis agama Islam.

Menurut Imam Safei, perguruan tinggi harus mencerminkan kualitas kelembagaan dan dunia akademik yang baik; dan itu semua sangat tergantung dengan dosennya. Oleh karenanya, diperlukan kreativitas pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan pada perguruan tinggi yang bersangkutan. "Dari sekian banyak dosen PAI pada PTU, yang sudah menjadi guru besar itu kurang dari 10 (sepuluh) orang saja. Untuk itu, sebagai institusi negara, ke depan direncanakan akan diadakan program pendampingan guru besar PAI," papar pria kelahiran 27 September 1965. Program pendampingan guru besar PAI ini merupakan bagian dari ikhtiar peningkatan kualitas pendidik terutama untuk mata kuliah PAI.

Imam Safei juga menyampaikan bahwa problem pendidik PAI pada PTU juga terkait dengan kompetensi. "Tidak sedikit dosen-dosen PAI pada PTU yang tidak memiliki kompetensi keagamaan yang baik". Hal ini pada gilirannya ia terjebak pada pemahaman agama yang radikal, sehingga mengajarkan kekerasan atas dasar agama.

Dalam kesempatan itu, sejumlah persoalan yang dimunculkan oleh para peserta kegiatan juga sangat beragam. Menurut sejumlah rektor yang hadir dalam kegiatan itu, persoalan pendidikan tinggi kini menghadapi problem radikalisasi agama yang demikian besar. Gerakan ini mendestruksi pilar-pilar negara dan mengajarkan kekerasan di dunia kampus perguruan tinggi yang demikian terbuka. Oleh karenanya, menurut peserta, perlu ketegasan dari pemerintah dan dunia perguruan tinggi untuk tidak membuka ruang bagi gerakan dan faham radikal ini terus tumbuh. (swd/dod)


Tags: