Direktur PD Pontren saat memberikan kultum

Direktur PD Pontren saat memberikan kultum

Jakarta (Pendis) – Agama Islam ajaran paling rasional. “Addinu Annashihah”, agama adalah nasihat, artinya menghendaki terjadinya kebaikan bagi siapapun. Baik bagi Allah Swt, Rasul-Nya, para pemimpin dan ummat pada umumnya, termasuk bagi dirinya sendiri dan orang-orang terdekat.

Demikian disampaikan Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) dalam ceramah Kultumnya di Mushallah At-Tarbiyah Lantai 8 Kantor Kementerian Agama RI.

“Coba bayangkan, Anda menyetir mobil mewah, CC tinggi, dan berkecapatan tinggi, tapi tidak ada rem-nya, atau remnya blong. Apa yang akan terjadi?. Sungguh sangat membahayakan dan menghawatirkan. Nah, rem itu adalah fungsi agama, dalam kehidupan ini,” ungkap Waryono di Jakarta, Rabu (06/4/2022).

Waryono menyampaikan, ada beberapa term ketika Rasulullah mendefinisikan apa itu agama. Kadang Nabi menyatakan “Addinu Aqlun”, agama adalah rasional. Artinya bahwa semua ajaran agama Islam adalah rasional. Setiap akal sehat akan mudah sekali memahaminya. Demikian juga, setiap orang berakal, tindakannya akan mudah sesuai dengan aturan agama.

“Agama Islam memang ajaran yang paling rasional. Rasionalisme Islam telah banyak dikaji oleh para peneliti, baik orang timur maupun barat, orang beragama maupun orientalis,” tuturnya.
Namun demikian, lanjut Waryono, tidak semua ibadah dalam Islam tidak selalu bersifat  taaqquli yang bisa dirasionalkan, namun ada yang bersifat ta’abbudi yang dalam menjalankannya menuntut ketundukan secara mutlak kepada Allah. 

“Tidak perlu dipertanyakan mengapa dan untuk apa, pokoknya tunduk kepada perintah Allah Swt. Contohnya dalam ibadah haji, mengapa harus melempar dalam jumrah, berlari-lari kecil dalam sa’i, dan sebagainya,” katanya.

Waryono menerangkan, Al-Aqlu dalam makna lain adalah tali pengikat. Artinya, agama harus sebagai pengendali dalam berprilkau. Karena itu ciri beragama yang baik adalah diukur sejauh mana agama benar-benar mampu mengendalikan keliaran nafsu kesenangan, keserakahan, kelicikan, kesombongan dan sebagainya.

“Orang yang beragama-nya baik selalu mengetahui kapan ia harus mengerem, dan kapan melepaskan remnya. Ibarat mobil bagus yang CC-nya tinggi, berkecepatan  tinggi. Bayangkan jika tdk ada rem-nya, apa yang terjadi?,” terangnya.

Menurut Waryono, manusia dengan badan yang sehat, kuat, nafsu kuat, akal cerdas maka  powernya kuat, dan potensi maksiatnya juga kuat, “Maka di sinilah agama berfungsi sebagai rem pengendali,” tegasnya.
“Tidak ngegas terus. Orang a-theis pun yang kaya raya, segalanya tercukupi dan memiliki semua kesempatan berbuat apapun pasti akan membutuhkan agama untuk menjaga dan melindungi hartanya, jiwanya, harga diri dan kehormatannya,” lanjutnya.

Waryono berpesan, tanpa agama, jiwa seseorang menjadi kering kerontang, harga diri hancur dan kehormatannya runtuh. Agama dibutuhkan oleh siapapun. “Namun, sudahkan agama menjadi pengendali cara berfikir dan bertindak kita??. Mari kita instropeksi diri masing-masing,” pungkasnya.

Kuliah Tujuh Menit (Kultum) dilaksanakan rutin setiap bakda jama’ah shalat dhuhur di lantai 8 Kantor Kemenag RI. Penceramah diisi oleh para pejabat dan ustadz-ustadzah yang ada di Kantor Kemenag RI. Disamping sebagai pencerahan dan media silaturrahim dan  silaturruh juga media menjalin kebersamaan untuk menghilangkan sekat-sekat birokrasi struktural dalam interaksi di kantor Kemenag RI. (ImamBk)