Direktur Pdpontren: Madin Memfilter Gerakan Radikal

Direktur Pdpontren: Madin Memfilter Gerakan Radikal

Bogor (Pendis) - Kementerian Agama tidak menutup mata bahwa Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) telah memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam perannya memfilter gerakan radikal berbasis agama yang saat ini merisaukan masyarakat. Kerenanya Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Ditjen Pendidikan Islam selalu memperhatikan lembaga pendidikan keagamaan ini dengan meningkatkan kapasitas ustadz-ustadznya.


Penegasan ini disampaikan oleh Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, H. Ace Saifuddin saat memberikan sambutan sekaligus membuka acara Workshop Pengembangan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di lingkungan Diniyah Takmiliyah di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Jumat(15/8).


Dalam catatan Ace Saifudin, Madrasah Diniyah Takmiliyah telah lama merawat dan membangun pemahaman keagamaan masyarakat Indonesa yang damai, lembut, toleran dan moderat. Masyarakat memiliki daya filter yang luar biasa terhadap pemahaman radikal. Hal ini salah satunya adalah karena menu pelajaran agama yang diberikan di MDT.


Ace Saefuddin memaparkan bahwa MDT memiliki sejarah panjang dalam mengawal, merawat dan membangun pola keberagamaan Islam masyarakat Indonesia. Sebuah pola pemahaman agama yang compatible dengan penerapan sistem negara modern seperti saat ini. Lebih jauh Ace menandaskan "masyarakat Islam Indonesia sejak awal seperti telah memiliki daya tolak terhadap pemahaman radikal yang tidak cocok dengan watak dan karakteristik keberagamaan orang Asia Tenggara".


"Madrasah Diniyah harus dioptimalkan peran dan kualitasnya di masyarakat, karena jasanya yang besar membangun agama yang moderat kepada anak-anak usia sekolah dasar dan menengah", lanjut Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren.


Selanjutnya Ace mengatakan, melalui amanat PP. 55 Tahun 2007 pemerintah bersama masyarakat diberikan kewajiban untuk meningkatkan layanan pendidikan keagamaan dan pendidikan Diniyah yg bermutu. Oleh karenanya Madrasah Diniyah Takmiliyah yang semuanya diselenggarakan oleh masyarakat perlu ditingkatkan mutu penyelenggaraannya, kualitas ustadznya dan juga para santrinya.


Salah satu upaya agar ustadz MDT bermutu, menurut Ace Saifudin adalah dengan membangun jalinan komunikasi antar sesama ustadz MDT, salah satunya melalui wadah Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Mereka dapat saling belajar dan sharing pengalaman dalam wadah tersebut secara mandiri. Selain itu para guru dapat meningkat kompetensinya dalam melakukan tugas-tugas pembelajaran dan manajerial di madrasah diniyahnya.


Sebelumnya, Mamat Salamet Burhanuddin, Kasubdit Pendidikan Diniyah Takmiliyah, saat memberikan laporan mengemukakan bahwa saat ini menurut data EMIS Ditjen Pendidikan Islam ada 368.452 orang guru MDT. Hal ini merupakan jumlah yang sangat besar dan harus diberdayakan melalui berbagai program. Salah satunya adalah melalui Workshop Pengembangan KKG dan MGMP di lingkungan Diniyah Takmiliyah pada tanggal 13-15/8/2014 di Sentul Bogor.


Workshop ini menurut Mamat bertujuan untuk merumuskan konsep KKG dan MGMP Diniyah Takmiliyah dan rencana langkah-langkah yg diperlukan untuk mengembangkan madrasah diniyah. Selain itu untuk meningkatkan kapasitas para guru MDT dalam mengembangkan kurikulum yang compatible dengan perkembangan zaman.


Mamat berharap, workshop yang dihadiri oleh para guru Penggerak KKG dan MGMP seluruh Indonesia ini mampu melahirkan pemikiran-pemikiran brillian dan menggerakan wadah strategis KKG dan MGMP untuk memberdayakan para guru MDT. Mamat menegaskan: "Melalui wadah KKG dan MGMP Diniyah Takmiliyah diharapkan dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran di lingkungan pendidikan Diniyah Takmiliyah, dengan mutu yang baik Madrasah Diniyah Takmiliyah semakin kokoh dalam membentengi umat dari penetrasi pemahaman radikal sejak dini".

(Ruchman Basori/ra)
Tags: