Dirjen Pendis: Perkuat dengan Ide Kreatif-Inovatif

Dirjen Pendis: Perkuat dengan Ide Kreatif-Inovatif

Serpong (Pendis) - "Saya yakin Pesantren ini lembaga yang sangat besar. Saya mohon buktikan antara kualifikasi SDM yang dimiliki dengan program yang dilakukan. Setidaknya 2 hingga 5 program baru yang sangat strategis dan produktif dan terasa manfaatnya dan langsung menyentuh sesuai core bussenis-nya," demikian pernyataan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, MA, pada kegiatan Bimbingan Teknis Bantuan Lembaga Keagamaan Islam. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren yang dihadiri oleh Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Dr. H. Mohsen, MM, seluruh kepala subdit dan kepala seksi di lingkungan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren serta para penerima bantuan bertempat di Marilyn Hotel Serpong, Jum`at (16/12/2016).

Dirjen Pendis berharap agar ada kreativitas di masing-masing subdit supaya pendidikan diniyah dan pondok pesantren ini lebih menarik. "Kita sebagai pejabat yang mengurus pondok pesantren se-Indonesia, sadar atau tidak, memiliki peran yang sangat penting di negeri ini dalam mengelola pesantren. Saya ingin ada ide-ide dan terobosan baru. Harus ada ide-ide dan program kreatif di setiap subdit, sehingga tidak hanya copy-paste saja," papar Dirjen Pendis.

Di bagian lain, guru besar UIN Makassar ini menyatakan "Saya ingin mengajak teman-teman untuk berfikir out of the box. Rutinitas itu penting. Tapi, hal-hal inovatif juga jauh lebih penting. Saatnya kita untuk berubah dan berorientasi pada kualitas. Jika selama ini orentasi kegiatan kita pada perluasan akses yang sangat dasar, maka mari kita coba untuk mengubah paradigma itu pada kualitas. Pesantren itu milik masyarakat dibutuhkan kreativitas yang kebih kontributif bagi masyarakat".

Aspek lain yang disampaikan oleh Kamaruddin Amin adalah tantangan gerakan radikalisme global yang berpenetrasi ke lembaga-lembaga pendidikan Islam, diantaranya melalui pesantren. "Hasil survey PPIM 2016, menunjukkan bahwa radikalisme telah masuk ke lembaga-lembaga kita. Pesantren lebih kokoh dalam moderasi Islam, tetapi kita tidak boleh lengah. Sudah saatnya kita merumuskan dan memberikan perspektif atas realitas ini, utama terhadap pesantren yang berpotensi radikal. Kita perlu merumuskan langkah apa yang dilakukan oleh direktorat. Cepat atau lambat, publik akan mengarahkan itu ke kita. Yang bertanggung jawab terhadap pesantren itu kita. Kita harus segera mengambil langkah-langkah. Mohon ini menjadi agenda serius dalam bentuk kegiatan dan program yang tepat," jelas alumni Pesantren As`adiyah Sengkang Sulawesi Selatan.

Point penting lain yang ditekankan dalam pertemua itu adalah Dirjen Pendis mengajak kepada seluruh stakeholder terkait untuk sering-sering berdiskusi. "Sesekali lepaskan kita dari aktivitas rutin. Carilah waktu untuk berdiskusi untuk langkah yang inovatif melibatkan internal dan eksternal stakeholder. Jika tidak pandai dalam mencari waktu, maka akan terjebak ke dalam rutinitas. Akhirnya orientasinya hanya ke rutinitas". Dengan diskusi, di samping mengetahui persoalan, juga ada masukan dari pihak eksternal. Apalagi, kini paradigma dan pandangan masyarakat terhadap pesantren telah berubah secara signifikan. Kalau dulu, orang merasa inferior dengan pesantren, sekarang orang berlomba dalam menampakkan idenitas kepesantrenannya. Masyarakat cenderung bangga menjadi santri. (swd/dod)


Tags: