Plt. Direktur PD Pontren, Waryono Abdul Ghofur

Plt. Direktur PD Pontren, Waryono Abdul Ghofur

Jakarta (Pendis) - Pesantren, sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam, telah lama dianggap sebagai tempat yang tidak hanya mengajarkan keilmuan agama, tetapi juga menjadi wadah bagi perkembangan karakter dan kepribadian. Salah satu aspek yang membuat pesantren menjadi pilihan bagi banyak orang tua adalah lingkungannya yang ramah terhadap anak-anak.

Demikian ditegaskan Plt. Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Waryono Abdul Ghofur saat press conference program Ramadan 1445 H dalam acara PeaceSantren, sebagai momentum untuk bersama-sama menguatkan persaudaraan dan perdamaian di bulan penuh kasih sayang di Jakarta pada Rabu (13/03/2024).

Program Kementerian Agama ini, nantinya akan dilaksanakan pada lima pesantren yang akan menjadi tuan rumah PeaceSantren, yaitu: Pesantren Az Ziyadah Jakarta Timur (Sabtu, 16 Maret 2024), Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang (Rabu, 20 Maret 2024), Pesantren Al Musaddadiyah Garut (Sabtu, 23 Maret 2024), Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta (Rabu, 27 Maret 2024), dan Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang (Sabtu, 30 Maret 2024).

Dibandingkan dengan pendidikan formal, pesantren menjadi tempat yang menawarkan lingkungan penuh perhatian terhadap santri-santrinya. Hal ini tercermin dalam perhatian yang diberikan oleh para kyai dan ustaz dalam mendampingi anak-anak dalam kehidupan sehari-hari.

"Setiap santri mendapat perhatian baik itu dalam pembelajaran agama, kedisiplinan, juga tak luput pendidikan mendasar yakni akhlakul karimah," kata Waryono.

Selain itu, atmosfer kekeluargaan yang dibangun di pesantren menjadikan santri-santri merasa nyaman dan aman. "Mereka tidak hanya belajar dari segi akademis, tetapi juga diajari untuk hidup bersama, saling menghargai, dan bekerja sama. Dibuktikan dalam sekamar bisa terdiri dari santri yang berasal dari berbagai daerah," jelasnya. 

"Inilah yang membentuk karakter mereka tidak hanya menjadi cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kepekaan sosial yang tinggi," tambah Waryono.

Waryono menambahkan, para santri juga diajarkan untuk mandiri dan bertanggung jawab. Dalam kehidupan sehari-hari di pesantren, mereka belajar untuk mengatur waktu, merawat diri sendiri, dan menjaga kebersihan. "Semua ini adalah bekal berharga yang akan membantu mereka menghadapi tantangan di dunia nyata nantinya," ujarnya.

Dengan segala kebaikan yang ditawarkannya, lanjut Waryono, tidaklah mengherankan jika pesantren sering dianggap sebagai tempat yang ramah bagi pertumbuhan anak. Lebih dari sekadar lembaga pendidikan, pesantren adalah rumah kedua bagi banyak anak-anak, tempat di mana mereka tumbuh dan berkembang menjadi individu yang berbobot dan berakhlak mulia.