Guru Perlu Keluar dari Zona Nyaman

Guru Perlu Keluar dari Zona Nyaman

SOLO (Suara Merdeka)– Seorang pendidik dan tenaga kependidikan harus mau keluar dari zona nyaman dan memiliki inovasi pembelajaran yang out of the box.

Dengan inovasi yang berbeda atau nyeleneh dalam arti yang positif akan membuat kreativitas berpikir siswa terpicu.

Hal itu dikemukakan guru besar Universitas Negeri Semarang (Unnes) Prof Dr Tri Marhaeni Puji Astuti MHum saat menyampaikan pidato kuncinya dalam Seminar Nasional Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang digelar di Gedung Pascasarjana UMS, kemarin. Dipaparkan Prof Tri Marhaeni, pembeda atau metode mengajar yang out of the box dari tenaga pendidik akan menjadi ujung tombak dalam bersaing di MEA.

Untuk menghadapi MEA, pendidik juga harus meyakinkan publik bahwa mereka memiliki keunggulan komparatif. Selain itu juga memiliki karakteristik yang membuat mereka berbeda dan memiliki ciri khas. Pendidik juga dituntut melakukan eksplorasi secara total untuk tampil beda dan tak sekadar menjalankan tugas dan menghabiskan waktu.

Mereka harus memiliki semangat kerja total dan bekerja dengan ruh dan kegembiraan dalam siklus hidup. ‘’Selama ini tenaga pendidik dan tenaga kependidikan menghadapi persoalan yang sama yakni terperangkap di zona nyaman selama bertahun tahun.

Zona nyaman ini mengungkung para pendidik sehingga seperti membudaya dan terenkulturasi. Untuk keluar dari zona nyaman, harus diawali keinginan menjadi lebih baik dan menciptakan sesuatu yang berbeda,’’kata staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas negeri Semarang (Unnes) itu.

Among Metode

Sementara itu, pembicara lain dalam seminar tersebut, Prof Dr Sutama mengemukakan jika budaya kerja guru bisa dilihat dari rasa bertanggung jawab dalam menjalankan amanah profesi. Budaya kerja guru yang paling utama yakni mampu menempatkan diri dalam berbagai keadaan. Seorang guru juga dituntut mampu melakukan aktivitas administratif paedagogis secara kontinyu. Menurut Prof Sutama, ada beberapa beberapa faktor krusial dalam pendidikan di Indonesia, di antaranya kualitas guru.

‘’Pemerintah harus memastikan pemerataan kualitas guru. Peningkatan kualitas guru harus didukung membudayakan kembali apa yang pernah diajarkan Ki Hadjar Dewantara melalui Among Metode dimana ada tiga unsur pendidikan yang harus berjalan sinergis yakni keluarga, sekolah dan masyarakat,’’ katanya.(G18-92)


Tags: