Homeschooling Menjawab Tantangan Global

Homeschooling Menjawab Tantangan Global

Homeschooling merupakan salah satu solusi bagi orang tua yang mungkin ingin mengontrol sisi belajar sang anak setiap waktu ataupun mereka ingin waktu belajar si anak lebih fleksibel dan tepat. Home schooling telah banyak dikembangkan di beberapa negara. Dalam pengembangannya di Indonesia memang tidak bisa lepas dari Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), karena dasar hukum Home schooling adalah UU No. 20 tahun 2003 (Sisdiknas) Pasal 1 ayat 1. Serta Pasal 27 Sisdiknas tentang pendidikan Informal.
Di Indonesia memang belum banyak peserta yang ikut homeschooling, baru terdapat sekitar 800 an peserta homeschooling, 600 di antaranya mengikuti homeschooling majemuk dan komunitas, 200 lainnya mengikuti home schooling tunggal. Ada 3 jenis home schooling yaitu:
* Home schooling tunggal, di mana kegiatan pendidikan dilakukan oleh ortu dalam 1 keluarga tanpa join dengan keluarga yang lainnya.
* Home schooling Majemuk: dilaksanakan 2 keluarga atau lebih untuk kegiatan tertentu, sedang kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh ortu di rumah masing-masing.
* Home schooling Komunitas: terdiri gabungan dari home schooling majemuk. Dalam jenis ketiga ini beberapa perwakilan keluarga berembuk untuk menyusun dan menentukan silabus, RPP, bahan ajar, sarana-sarana serta jadwal pembelajaran.
Apakah Homeschooling diakui pemerintah?
Ya, pemerintah mengakui terhadap keberadaan homeschooling. Namun pihak yang melaksanakan home schoolinglah yang harus proaktif melapor ke Diknas setempat agar nantinya dicatat, diakui dan bisa mendapat ijazah dengan mengikuti ujian kesetaraan. Untuk ijazah SD adalah paket A, SMP adalah paket B dan SMA adalah paket C. Sedangkan sistem akreditasinya menggunakan ujian persamaan yaitu UN kesetaraan.
Siswa home schooling juga dapat ‘BOS’, namanya bukan BOS tapi BOP (P=pendidikan). Untuk paket A sebesar 230 ribu plus modul senilai 74 ribu per siswa. Paket B dapat 260 ribu plus 80 ribu per siswa, sedang paket C (setara (SMA) mendapat 285 ditambah 84 ribu.
Apa sih manfaat home schooling dibanding sekolah formal?
Ada beberapa manfaat diantaranya:
* Anak-anak menjadi subjek bukan objek.
* Materi pelajarannya sangat luas tidak hanya seperti kurikulum yang ditetapkan pemerintah.
* Peran orangtua menjadi sangat penting dan harus dominant
* Fleksibel dalam penyelenggaraan pembelajaran
* Penerapan Contextual teaching and learning adalah model yang ampuh untuk home schooling, dan sebagainya.
Memang bagi keluarga yang supersibuk konsep homeschooling sangat tidak tepat, namun bagi keluarga yang punya waktu luang, ataupun keluarga yang mampu mengintegrasikan antara beberapa aktivitas seperti pekerjaan mereka maka homeschooling adalah alternatif yang tidak bisa disepelehkan. Anda tau siapa sih role model dari homeschooling? Sebut saja beberapa pahlawan nasional kita seperti KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Buya Hamka. Mereka adalah didikan dari keluarga homeschooling yang tidak diragukan lagi kualitasnya baik di dalam maupun luar negeri.
Namun ada beberapa orang yang menggunakan konsep secara terintegrasi; penerapan homeschooling part time/after school. Jadi mereka masih disekolahkan di sekolah formal namun sepulang sekolah ditreatment dengan home schooling. Jadi home schooling di sini merupakan sarana untuk melengkapi apa-apa yang tidak ada di sekolah. Memang dalam implementasi riilnya terdapat kekurangan-kelebihan antara keduanya. Jadi sisi negatif maupun positifnya akan selalu ada, tetapi pada intinya, bagaimana sikap kita sendiri dalam menyikapi home scholling-lah yang akan menentukan nantinya. (Bersambung hal 15)-s
Homeschooling Kak Seto Yogyakarta
Mulai awal tahun ini yaitu Januari 2011 Homeschooling Kak Seto (HSKS) telah dibuka di Yogyakarta yang mempunyai kampus komunitas di jalan Villa Seturan Indah Block C 8 Depok Sleman (Depan STIE YKPN) No Tlp. (0274) 486738, siswa dapat memilih program Distance Learning dan Komunitas. Dalam proses belajar para Tutor wajib menguasai jati diri siswa lewat hasil analisis ìFinger Printî yang meliputi Personal Drive, Basic needs, Character Traits, Learning & Thinking Style, Working Style, Potentials & Talents, Pressure & Instability Conditions Sehingga siswa HSKS Semarang dapat ditumbuhkan menjadi manusia yang cerdas secara akurat dan terukur. Analisis cetak biru tiap siswa melalui finger print tersebut diperkuat dengan model Spot Capturing dalam proses pembelajarannya, dimana dengan stimulasi otak global, yaitu keseimbangan otak kanan kiri selalu dijaga agar tiap siswa dengan nyaman menyerap / menangkap (capturing) semua simpul-simpul (spot) kejadian dalam setiap proses kejadian. q - s.
*) Dr Ir H Nugroho Wiidasmadi MEng Direktur Homeschooling Kak Seto
Jateng & DIY


Tags: