Kemenag Ajak Mahasantri PBSB Menjadi Pemilik Nusantara

Kemenag Ajak Mahasantri PBSB Menjadi Pemilik Nusantara

Bogor (Pendis) --- Indonesia yang penuh dengan potensi ini tidak hanya harus dikelola dengan baik tapi juga harus dikuasai, harus dimiliki. Demikian diakatakan Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren), Waryono saat memerikan pengarahan kepada para mahasantri penerima beasiswa berprestasi (PBSB), 22/9.
“Negara kita ini besar dan potensinya juga besar. Jika dikelola dengan baik, akan semakin besar,” ungkapnya.

Karenanya, Waryono meminta kepada mahasantri PBSB yang sekarang sedang belajar di kampus-kampus mitra Kementerian Agama untuk mempersiapkan diri dengan baik agar di kemudian hari bisa ikut mengelola potensi bangsa yang besar ini. 

“Anda semua ke depan bahkan jangan hanya menjadi pengelola, tapi juga menjadi pemiliki nusantara ini,” pintanya.

Waryono mengingatkan, untuk menjadi pemiliki nusantara yang besar dan kaya ini setidaknya para mahasantri PBSB harus memiliki tiga hal.

Pertama, para mahasantri PBSB harus memiliki pengetahuan yang tinggi dan memadai. Menurutnya, ilmu yang rendah tidak akan pernah bisa menguasai. “Memiliki mungkin bisa, tapi menguasai tidak akan bisa. Hanya orang dengan pengetahuan tinggilah yang bisa memiliki, sebagaimana alam dan seluruh isinya yang dimiliki oleh Allah karena sifat Malik dan Alim-Nya,” tandasnya.

Kedua, harus memiliki modal sosial. “Nusantara ini bisa kita miliki kalau kita memiliki jaringan yang kuat lintas batas,” tegasnya.

Waryono mengajak agak para mahasantri PBSB agar tidak membatasi diri dalam bergaul, mau berteman dengan siapa saja, mau mempelajari disiplin ilmu apa saja. “Tidak boleh menjadi mahasiswa yang ekslusif jika kita ingin memiliki nusantara ini. Kita harus menjadi manusia yang inklusif, karena itu akan menjadikan kita diterima siapa saja dan di mana saja,” tegasnya.

Ketiga adalah menguasai teknologi. Waryono mengingatkan, bahwa saat ini negara kita belum berhasil menjadi produsen teknologi, tapi masih sebatas pengguna teknologi. “Negara kita dua pertiganya adalah lautan, tapi teknologi kelautan kita belum maju,” tegasnya.

Karenanya, pria yang pernah menjadi wakil rektor bidang kemahasiswaan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini meminta para mahasantri PBSB agar selalu menumbuhkan kesadaran kritis dari kenyataan yang ada di negeri kita ini. “Sebagai mahasiswa, kita semua harus menumbuhkan kesadaran kritis yang didasarkan pada realitas empirik di masyarakat,” pintanya.

“Jangan menjadi mahasiswa yang hanya ikut-ikutan. Pelajari ilmu pengetahuan dengan serius, karena negara menunggu kontribusi Anda,” pungkasnya.

Acara bertajuk Moderasi Beragama ini diiukuti 20 mahasantri PBSB perwakilan dari perguruan tinggi mitra Kementerian Agama, berlangsung dari 22-24 September 2020. Selain Direktur PD Pontren, juga hadir dalam kegiatan ini antara lain, Muhammad Faesal dari UNJ, Wahyuni Nafis, juga Anis Masykhur, sekretaris Pokja Moderasi Beragama Ditjen Pendidikan Islam.

(Beta/MY)


Tags: