Kemenag Siapkan Madrasah Young Researches Supercamp (MYRES) Tahun  2021

Kemenag Siapkan Madrasah Young Researches Supercamp (MYRES) Tahun 2021

Depok (Pendis) – Even tahunan Madrasah Young Reseachres Supercamp (Myers) atau madrasah riset merupakan salah satu program unggulan Direktorat Pendidikan Kuruikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Para siswa madrasah, jenjang Tsanawiyah (MTs) maupun Aliyah (MA) melalui even ini sudah banyak menghasilkan produk dan hasil penelitian ilmiah yang genuine dan tidak kalah dengan para peneliti senior.

“Myres ini, merupakan ajang untuk mewadahi siswa madrasah yang memiliki kemampuan dan concern di bidang riset. Program dilaksanakan untuk mencetak peneliti-peneliti muda yang berbakat, dinamis, memiliki pemikiran kreatif, dan inovatif. Dan melalui kegiatan ini, siswa madrasah sudah banyak menghasilkan produk yang bagus-bagus dan orisinil (genuine). Demikian disampaikan Kasubdit Kesiswaan, Hj. Nanik Puji Hastuti pada kegiatan Focused Group Discussion (FGD) Persiapan Penyelenggaraan Myres/Madrasah Riset di Hotel Bumi Wiyata, Depok, (Selasa, 25/05/2021).

Pada kesempatan tersebut, Nanik mennyatakan bahwa kegiatan Myres tetap dijadikan program unggulan dan dilaksanakan setiap tahun. Meskipun di masa pendemi Covid-19 tidak menjadikan kendala pelaksanaan Myres. “Kegiatan ini diawali sejalan tahun 2018, dan sekarang sudah berjalan 4 tahun. Tahun 2020 walaupun pandemi dan tidak ada anggaran, namun tetap kita laksanakan secara online”, imbuh Nanik.

Lebih lanjut, Nanik menegaskan bahwa di dalam Myres, siswa yang sudah melakukan dalam peserta terpilih akan diberikan penguatan-penguatan dan pelatihan, yang memang merupakan satu kesatuan rangkaian program Myres. “Nanti ini siswa yang terpilih akan di-camp-kan, diberikan penguatan dan pelatihan, sehingga lebih jauh siswa kita lebih mematangkan kemampuan mereka di bidang riset. Sekali lagi, ini adalah wadah di kita untuk memberikan ruang kepada siswa-siwa madrasah kita untuk berfikir kritis, kreatif inovatif, dan lain sebagainya di bawah bimbingan mentor dari dosen UIN Jakarta, UIN Semarang, UIN Surakarta, LIPI, dan Litbang DKI Jakarta”, tegasnya.

Hadir pada kesempatan FGD dimaksud, Direktur KSKK Madrasah, Prof. Dr. Isom Yusqi, M.Ag. Pada sambutannya menegaskan bahwa stok peneliti masih sangat kurang. Karena menurutnya orang yang memiliki passion peneliti masih sangat langka. “Myres, ini pas sekali menurut saya. Kita ini memang kekurangan peneliti. Orang yang punya passion peneliti itu masih langka. Ada yang bekerja di bidang penelitian, tapi jiwanya bukan peneliti. Sama sekali tidak memunculkan jiwa penelitinya. Maka saya senang sekali dengan adanya Myres ini. Harapan saya, kita juga harus menubuhkan jiwa-jiwa peneliti sejak dini”, tegas Isom.

Melalui program Myres, mantan Sekretaris Ditjen Pendis ini berharap agar siswa-siswa madrasah dilatih untuk memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, sehingga tertanam dalam benak mereka sejak dini. Dia mengandaikan dengan jiwa pendidik. Jika jiwa pendidik atau ruh al tarbiyyah sejak awal sudah tertanam dalam diri pendidik, akan berbeda dengan pendidik yang hanya memenuhi tuntutan tugasnya. “Yang terpenting ditanamkan dulu sense of curiosity-nya, tidak perlu diajari yang tinggi-tinggi dulu. Dibimbing pola berfikir kritis, disain operasional penelitian seperti apa, dan lain sebagainya. Artinya disesuaikan dengan daya dan pola fikir mereka. Hal ini jika ditanamkan sejak dini, sehingga akan menjadi inhern di diri mereka, itu akan sangat luar biasa. Sama halnya dengan pendidik, jika ruh al tarbiyyah sudah tertanam, maka hasilnya berbeda dengan guru yang biasa saja”.

Terkait dengan program Myres, Prof Isom mengarahkan agar dilakukan beberapa hal sebagai berikut; pertama, Pembuatan panduan penelitian. Panduan peneliutian ini akan menjadi panduan awal untuk mengedukasi dan mampu mengarahkan siswa-siswa madrasah memiliki jiwa peneliti. Kedua, pembuatan direktori peneliti muda dan hasil penelitian. Hal ini dimaksudkan agar Ditjen Pendis memiliki daftar peneliti muda yang bisa dibanggakan, dan juga bisa menjadi kenang-kenangan mereka. Ketiga, dipatenkan atau didaftarkan ke HAKI. Intelektual merupakan harta yang sangat berharga dan tidak terlihat. Karenanya harus dipatenkan dan didaftarkan di HAKI agar tidak diakui oleh pihak lain. Keempat, penelitian diarahkan berbasis proyek (project-based research). Kelima, dilakukan branding dan promosi. Produk penelitian yang sudah dihasilkan oleh siswa madrasah perlu dibranding dan dipromosikan agar dikenal publik, dan manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat.

Untuk menguatkan dan menggaungkan program riset madrasah ini perlu dilakukan misalnya, (1) pembuatan panduan, yang nanti akan mengedukasi, mengarahkan anak-anak kita punya jiwa peneliti sejak belia. Panduan di semua aspeknya (bidang mata pelajaran). Yang sederhana saja. Mereka dirangsang pola pikirnya, agar tidak secara instan. Kita seringkali hanya menjejali siswa kita di ranah kognitif, menafikan ranah psikomotornya; (2) Myres sudah berjalan 4 tahun, tolong dibuat direktori para peneliti muda tersebut, supaya ada kebanggan tersendiri bagi memreka; (3) Harus didaftarkan HAKI ke Kumham. Kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan yang tidak kasat mata, tidak sepenuhnya harta yang kelihatan; (4) Penelitian harus berbasis project sesuai dengan potensi dan sumber daya alam di masing-masing madrasah. Misalnya di Madura, di sana ada tanaman yang ditanam di tanah tandus. Bagaimana cara menanam padi di tanah kering, dan lain sebagainya. Itu proyek yang bisa dikembangkan, bekerjasama dengan LIPI, BATAN, LAPAN, dan Lembaga-lembaga riset yang sudah ada; (5) Perlu ada branding dan perlu dipromosikan. Tapi sebelumnya kita lakukan dahulu academic writing. Sehingga di samping menjadi peneliti, siswa juga bisa menulis ilmiah. Karena menjadi penulis ilmiah juga susah. Hal ini bisa juga bekerjasama dengan PTKI yang memang sudah memiliki passion di situ, pungkas Isom.(Ozie)


Tags: