Menag Hadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Pesantren Darul Rahman

Menag Hadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Pesantren Darul Rahman

Jakarta (Pendis) - Di Pondok Pesantren Darul Rahman Jagakarsa Jakarta Selatan, hari ini terlihat pandangan yang tidak sama dengan hari-hari biasa. Dari jarak satu kilometer dari lokasi pesantren, kemacetan sudah terjadi. Ribuan jamaah sudah memadati di sepanjang jalan menuju pesantren. Menurut penuturan pihak keamanan, diperkirakan ada sekitar 15.000 jamaah yang hadir. Bisa dimaklumi, di samping masyarakat pengagum KH Sukron Makmun cukup banyak, di acara yang dikemas dengan peringatan maulid nabi ini dihadiri para alumni, ustadz, walisantri, dan santri dari seluruh cabang Pondok Pesantren Darul Rahman, khususnya yang ada di wilayah Jabodetabek. Hadir pula di tengah-tengah acara ini Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin, para kyai, ulama dan para habaib.

Dalam sambutannya Menag mengutarakan pengalamannya menjadi santri di Pesantren Darul Rahman. Beliau masih mengenang bagaimana harus membagi waktu sekolah dan mondok. Setiap pulang sekolah beliau bersama-sama dengan santri yang lain mengaji kitab-kitab kuning yang menjadi kekhasan pondok pesantren. Meski hanya sebagai santri kalong dan hanya kadang-kadang saja menginap, tetapi kesan yang melekat selama menjadi santri di sini cukup mengesankan dan menjadi modal yang sangat berarti untuk proses belajar selanjutnya. Oleh karena itu beliau menyatakan bahwa sosok KH Sukron Makmun bukan hanya dianggap sebagai guru dan kyai tetapi juga sebagai orangtua sendiri.

Dalam kesempatan ini Menag juga menjelaskan terkait dengan kebijakan Kemenag untuk pendidikan keagamaan Islam, khususnya pondok pesantren. Pelbagai regulasi telah dikeluarkan untuk penguatan status pondok pesantren agar tetap dapat mempertahankan kekhasannya seperti Pesantren Mu`adalah, Pendidikan Diniyah Formal dan Ma`had Aly. Untuk menjaga tradisi pembelajaran kitab kuning, Kemenag juga telah menyiapkan aplikasi i-santri yang di dalamnya tidak kurang dari 16.000 kitab-kitab yang menjadi rujukan pesantren. Di akhir sambutannya beliau juga mengingatkan pada para jamaah terhadap kondisi-kondisi kekinian khususnya merespon berita-berita yang bisa menimbulkan fitnah. Beliau sangat berharap agar masyarakat benar-benar menjadikan kyai dan ulama menjadi rujukan untuk melakukan triangulasi (tabayyun) terhadap kesahihan informasi-informasi yang bernuansa keagamaan. Jangan sampai sejarah kelabu umat Islam seperti terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib kembali terjadi karena gara-gara fitnah.

Pada akhir acara ini beberapa kyai dan ulama juga memberikan tausiah diantaranya DR. KH. Akhsin Sakho, mantan rektor IIQ dan Mubaligh kondang KH. Manarul Hidayat yang kebetulan juga alumni Pondok Pesantren Darul Rahman. Dalam tausiahnya Kyai Manarul mengungkapkan kenangan yang tak mungkin dilupakan yaitu tempelengan Kyai Sukron yang sering mendarat di pipinya. Tetapi dia juga bersyukur, katanya tidak akan jadi kyai seandainya tidak ditempeleng kyai. Itulah tempelengan cinta. Cinta sang kyai untuk santri. (isatamyes/dod)


Tags: