Menag Ingatkan Tentang Gejala Desepsi Ajaran Agama

Menag Ingatkan Tentang Gejala Desepsi Ajaran Agama

Sentul (Pendis) - Fenomena perang urat syaraf yang berujung pada penistaan, caci maki, bahkan kekerasan fisik yang dibungkus dengan agama yang mengancam persatuan bangsa dan mendesepsi ajaran agama Islam yang sebenarnya. Demikian dikatakan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pada talkshow sebagai rangkaian kegiatan Rapat Pimpinan Ditjen Pendidikan Islam, Senin (21/01) di Sentul City Bogor.

Menurut Menag, sebagian elemen masyarakat saat ini terlihat begitu berlebihan dalam mengekspresikan keberagamaanya, sehingga melakukan aksi yang justru bertentangan dengan esensi agama. Agama, kata Menag, pada prinsipnya menjaga kemuliaan manusia yang sudah termaktub secara eksplisit dalam Al-Qur`an. Agama juga tidak mungkin berperan mensegregasi, tetapi menyatukan, merangkul, dan mengayomi semua elemen manusia tanpa terkecuali. "Maka aksi kontra humanisme, seperti penistaan, caci maki, bahkan kekerasan yang mengusung ajaran agama adalah bentuk kesalahan menyerap ajaran agama," katanya.

Menag menekankan agar seluruh jajarannya sudah selesai dengan pemahaman ini. Salah satu pagar yang menjaga keberagamaan di Indonesia adalah pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Agama. Titik utama yang penting diberi fokus perhatian terkait perilaku beragama adalah pendidikan Islam.

Melalui pendidikan, seseorang akan memiliki cara pandang yang waras dan memiliki nilai-nilai. Maka para pegiat pendidikan, mulai birokrasi hingga para guru dan tenaga pendidikan di lapangan pada dasarnya adalah orang-orang yang membangun peradaban Indonesia. "Jangan menganggap peran ini hanya pekerjaan. Bila hanya itu, mesin bisa menggantikannya lebih baik. Tetapi kita pada dasarnya sedang membentuk manusia Indonesia," tambah Menag.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Kamaruddin Amin juga menambahkan, tahun 2019 pihaknya akan meningkatkan kualitas Madrasah dan kampus Islam hingga sebagian besar berakreditasi minimal B. Madrasah itu didesain agar mengambil peran kunci dalam moderasi beragama. Ia berjanji agar aksi keberagamaan yang moderat, toleran, dan humanis dapat terefleksi dalam aktifitas pendidikan Islam. Ia mengklaim, kontribusi pendidikan Islam selama ini dalam menjaga artikulasi islam di Indonesia sangat fundamental.

"Kita hidup di negara paling majemuk di dunia, tetapi mampu bertahan sampai sekarang karena memiliki gaya keislaman yang humanis, toleran, dan damai, meskipun masih ada peristiwa sporadis yangg bertentangan dengan itu. Namun secara umum keislaman kita sangat baik," ucap Kamaruddin. (Hikmah/dod)


Tags: