Mengapa Perkuliahan Sistem Online Cocok untuk Indonesia?

Mengapa Perkuliahan Sistem Online Cocok untuk Indonesia?

KOMPAS.com - Indonesia memiliki 13.487 pulau, dan 6000 di antaranya tak berpenghuni. Setengah dari jumlah penduduk Indonesia itu memilih bermukim di Pulau Jawa. Padahal, luas Jawa hanya 6,9 persen dari total 37 persen daratan di Indonesia.
Sementara itu, APK (angka partisipasi kasar) perguruan tinggi Indonesia tahun 2014 masih 30 persen. APK adalah jumlah warga usia 19-23 tahun yang telah mengakses pendidikan tinggi. Walaupun mengalami peningkatan setiap tahunnya, angka ini masih jauh di bawah Malaysia, yaitu 60 persen dan Korea Selatan, 90 persen. Indonesia diprediksi akan menyusul angka 60-70 persen pada 2045.

Melihat kondisi ini, dibutuhkan sistem pendidikan tinggi dengan biaya terjangkau dan mampu menyentuh tiap sudut wilayah Indonesia. Faktanya, data Dikti menyebutkan, dari total 4.273 perguruan tinggi, jumlah universitas hanya memiliki 508. Lainnya berupa akademik, politeknik, sekolah tinggi atau institut.

Pembelajaran online

"Solusi kondisi geografis Indonesia adalah online learning,” ujar Rektor Binus University Harjanto Prabowo pada acara Dinner with Rektor Binus University di Jakarta Pusat, Kamis (30/4/2015).

Dia mengatakan, melalui pendidikan jarak jauh (PJJ) atau online learning, masyarakat memiliki akses pendidikan tanpa batasan geografis. Apalagi, menurutnya, infrastruktur saat ini sudah memadai sehingga bukan lagi merupakan halangan.

"Sekarang, akses internet di beberapa tempat sudah bagus. Online learning jadi lebih mudah dilakukan. Video confference, chatting, e-mail, semua bisa," ujar Harjanto.

Selain itu, karena hampir semua aktivitas perkuliahan dilakukan secara online, mahasiswa tidak perlu menggunakan fasilitas kampus. Harga yang ditawarkan pun menjadi lebih murah.

"Biaya transportasi juga berkurang. Kan nggak perlu ngampus," ujar Harjanto.

Bangun sistem pembelajaran online

Salah satu syarat mendirikan PJJ adalah universitas mampu menyediakan unit sumber belajar jarak jauh (USBJJ). Penentuan wilayah pun tidak sembarangan. USBJJ wajib dibangun di tempat yang paling mudah diakses. Selain itu, perguruan tinggi juga harus memenuhi kebutuhan sarana pembelajaran online.

"Saat ini Binus sudah punya 5 learning center (USBJJ) dari total target 15. Target ini kita kejar terus," tutur Harjanto.

Menurutnya, materi dan sistem pembelajaran harus disiapkan secara matang sehingga mahasiswa dapat mudah beradaptasi dan tak menemui kendala berarti. Selain itu, penggunaan Learning Management System (LMS) pun sangat penting untuk menjaga kualitas pembelajaran.

"Materi online learning berbeda dari kuliah konvensional. Harus lebih detail dan dapat dimengerti tanpa tatap muka secara langsung," ujarnya.

Tantangan lain, ungkap Harjanto, adalah masalah mental mahasiswa. Mereka belum terbiasa dengan pembelajaran mandiri dan masih bergantung pada dosen.

"Lucunya, mahasiswa saya sering sekali telepon. Tanya ini itu, padahal materi yang ditanyakan sudah ada di sistem," ujarnya.

Namun demikian, Harjanto berharap, kesempatan mengenyam perguruan tinggi akan semakin besar dengan tersedianya sistem perkuliahan online. Tanpa batasan wilayah, warga Indonesia mampu memperoleh kualitas pendidikan sama


Tags: