Metode Pendidikan Sejarah Dirombak

Metode Pendidikan Sejarah Dirombak

JAKARTA - Seiring dengan rencana perubahan kurikulum, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga akan mengubah metode pembelajaran pendidikan atau mata pelajaran Sejarah Indonesia.

Selama ini metode pembelajaran Sejarah hanya bersifat hafalan, namun tidak mengupas secara detail sejarah yang terjadi pada saat itu. “Nantinya siswa SMA akan mendapat pembelajaran yang sifatnya dihadapkan pada sumber konflik. Kalau sampai saat ini pengetahuan sejarah hanya hafalan, ke depan akan diarahkan kepada proses sejarah Indonesia,” kata Direktur Sejarah dan Nilai Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Endjat Djaenuderajat, di Gedung Kemdikbud, kemarin.

Menurutnya, peristiwa sejarah harus dilihat secara terpadu dan terstruktur sesuai dengan proses yang terjadi. Siswa harus mengetahui bagaimana kondisi politik, sosial, ekonomi, dan budaya. “Dengan demikian, muncul peristiwa yang utuh. Sejarah itu bukan sekadar kapan dan di mana, tapi kenapa itu ada,” imbuhnya.

Karena itu, seiring dengan perubahan kurikulum 2013, pendidikan Sejarah akan diperkuat khususnya untuk jenjang SMA. Pada jenjang SMA nantinya pelajaran Sejarah akan berdiri sendiri.

“Berkaitan dengan itu perlu penguatan di pihak guru. Guru harus bisa membawa siswa berpikir kritis dan masuk kepada zamannya. Tidak akan bisa tanpa berpikir sejarah utuh,” tandas Endjat.

Pelatihan

Sebagai langkah persiapan, pihaknya akan memberikan pelatihan dan pembinaan bagi guruguru Sejarah. Diharapkan perubahan metode pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran Sejarah di tingkat SMA, dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. “Kami akan berikan pencerahan dan pembinaan kepada guru,” tuturnya.

Dalam waktu dekat kementerian akan mengundang sekitar 60 guru Sejarah dari seluruh provinsi. Diharapkan mereka akan menjadi tutor bagi guruguru di daerah. Dalam workshop tersebut akan diisi ahli sejarah, ahli kurikulum, serta tim penyusun kurikulum 2013.

“Sekitar 60 guru yang mewakili provinsi diharapkan dapat membantu mengubah paradigma tentang pendidikan Sejarah. Ini nantinya juga dapat dijadikan sebagai pemetaan kualitas guru Sejarah,” katanya.

Dengan demikian, diharapkan ada perubahan mendasar dalam pendidikan Sejarah saat kurikulum baru diimplementasikan. “Harapannya menjadikan guru bukan sekadar hafalan, tapi berpikir tentang proses sejarah secara utuh, dan mendorong anak berpikir kritis,” kata Endjat. (K32-37)


Tags: