Model Sekolah Ramah Anak

Model Sekolah Ramah Anak

Surakarta (Suara Merdeka) - MARET ini perwakilan dari 11 negara mengunjungi model Sekolah Ramah Anak (SRA) yang telah diimplementasikan oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), sebagai model SRA Indonesia. Mereka yang berkunjung adalah para pakar dalam bidang hak anak dari Lund University, Swedia serta perwakilan dari Kamboja, Vietnam, Tiongkok, Zambia, Afrika Selatan, Tanzania, Mesir, Namibia, Malawi, dan Etiopia.

Kunjungan ini sekaligus rangkaian International Training on Child Rights, Classroom and School Management (CRC) yang diadakan Lund University dengan sponsor dari SIDA (Swedish International Development Agency). UMS adalah university center yang terlibat memfasilitasi kegiatan dan mengenalkan model SRA dari Indonesia kepada dunia internasional.

UMS berkolaborasi dengan Lund University dan sekolah-sekolah Muhammadiyah mengembangkan model SRA yang diimplementasikan di Indonesia. Sebagai SRA, sekolah yang dikunjungi sudah mengimplementasikan upaya pemenuhan hak-hak anak dalam bidang pendidikan. Tiga model SRA dari UMS terdiri atas model sekolah yang pembelajarannya memfasilitasi anak berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking (sekolah HOT), melibatkan anak dalam pengambilan keputusan sekolah atau Student Involvement in Policy (sekolah SIP), dan pendidikan pengurangan risiko bencana secara partisipatif atau Prepared and Safe (sekolah PAS).

Lund University menerjunkan lima pakar, yaitu Bodil Rasmusson, Per Wickenberg, Agneta Wangdahl Flinck, Lena Andersson, Ulf Leo, serta dua administrator, yaitu Lovisa Nilsson dan Andreas Bryngelson. Bersama mereka juga hadir guru Sekolah Spyken Swedia, yaitu Nils Peter Larsson dan Maria Hedelin.

Model sekolah HOT adalah sekolah yang menyajikan pembelajaran berpikir tingkat tinggi dengan menggunakan menggunakan benda atau fenomena nyata di sekeliling anak. Pada pembelajaran HOT, anak diberi kesempatan mengenali lingkungan dan menjadikannya sebagai materi pembelajaran. Tim SRA UMS merumuskan bahwa pembelajaran di sekolah HOT dapat menggunakan pembelajaran yang bersifat tematik, autentik, serta realistik. Ketiganya dapat dipergunakan dalam semua mata pelajaran.

Kontribusi

Model sekolah SIP merupakan sekolah yang memberikan kesempatan anak ikut berkontribusi secara nyata dalam proses pengambilan keputusan di sekolah. Sekolah memberikan wadah anak dalam berorganisasi yang berfungsi menyalurkan ekspresi dan aspirasi. Suara-suara dari anak melalui organisasi ini diperhatikan dan diakomodasi dalam pengambilan keputusan baik pada tingkat kelas maupun sekolah. Termasuk memberikan masukan kepada sekolah mengenai kinerja guru berdasar penilaian siswa.

Sekolah PAS merupakan model pendidikan pengurangan risiko bencana yang melibatkan partisipasi siswa dalam aktivitas manajemen bencana di sekolah. Model ini menempatkan siswa untuk membangun kesiapsiagaan terhadap bencana (disaster preparedness), sehingga membentuk sekolah yang aman dan siaga bencana (safe school). Anak-anak di sekolah diberikan kesempatan untuk melakukan identifikasi jenis dan sumber ancaman bencana yang ada. Misalnya, anak mencari benda apa yang ditakutkan menimpa dirinya bila terjadi gempa bumi. Siswa juga membuat jalur evakuasi beserta tempat evakuasinya.

Selain itu, pada proses pembuatan kebijakan dan panduan keselamatan di sekolah, siswa memberi pendapat. Siswa juga menyosialisasikan ke masyarakat sekitar.
Implementasi dari tiga model SRA memberi dampak peningkatan efektivitas belajar serta berkembangnya hubungan guru dan anak yang lebih erat, karena hilangnya ketakutan siswa berkomunikasi dengan guru. Dampak lain, kepercayaan diri siswa, sehingga membuat kreativitas siswa berkembang.

Keberhasilan pengembangan dan implementasi tiga model tersebut, adalah hasil kerja sama UMS bersama mitra dari sekolah Muhammadiyah, pemerintah, komite , orang tua sebagai unsur masyarakat, dan pengusaha. UMS berkomitmen terus mendukung kelanjutan program hak-hak anak berupa pengembangan SRA bersama mitra. (37)

— M Amin Sunarhadi SSi MP, dosen Pendidikan Geografi FKIP UMS, CRC Change Agents


Tags: