Nur Kholis Setiawan: MAPK Solusi Input PTKI Berkualitas

Nur Kholis Setiawan: MAPK Solusi Input PTKI Berkualitas

Solo (Pendis) - "Kementerian Agama mencanangkan tiga jenis Madrasah Aliyah, yakni yang berorientasi pada saintek, vokasi dan keagamaan. Saat ini tim sedang menggodok desain masing-masing jenis tersebut," jelas Prof. Dr. Phil. Nur Kholis Setiawan, MA, Direktur Pendidikan Madrasah di hadapan forum "25 Tahun MAPK-MAKN Surakarta; Masa Lalu, Kini dan Mendatang", Sabtu (15/08/15) kemarin. Menurutnya, menghidupkan kembali madrasah aliyah keagamaan dan sejenisnya didasari pada keprihatinan atas keberadaan pemahaman keagamaan lulusan madrasah aliyah. Ketiadaan lulusan berkualitas menyebabkan input jenjang pendidikan di atasnya juga tidak berkualitas, termasuk di bidang pemahaman keagamaan. "MA program takhasus menjadi penting dihidupkan untuk mencetak generasi tafaqquh fiddin," ungkapnya menjelaskan.

Penjelasan Nur Kholis, yang juga dosen UIN Yogyakarta tersebut membuat para alumni bergembira yang diekspressikan dengan tepuk tangan peserta yang meriah. Karena pada awalnya, forum ini akan meminta penjelasan dari Kementerian Agamana berkenaan dengan "masa depan" MAPK---akronim dari Madrasah Aliyah Program Khusus.

Sebagaimana diketahui, MAPK adalah sebuah nomenklatur dari proyek "ambisius" Kementerian Agama yang digagas sejak akhir dekade 80-an, dengan menteri agamanya saat itu adalah Munawir Syadzali. Sedangkan MAPK Surakarta dimulai sejak tahun 1990. Penyelenggaraan program ini didasarkan pada keinginan untuk mempersiapkan para cendekiawan muslim yang berwawasan moderat dan toleran.

Direktur juga meminta agar forum ini dapat merekomendasikan kepada Kementerian Agama untuk menyempurnakan panduan yang saat ini sedang digodok.

Dalam forum tersebut, Direktur bersama para alumni MAPK-MAKN seperti Moh. Yasir Alimi (Dosen UNES, Alumni ANU Australia), Widiyanto (Dosen IAIN Salatiga, Alumni Bonn University) dan Habiburrahman (penulis dan alumni Al-Azhar University) didaulat untuk membincangkan masa lalu, masa kini dan masa depan MAPK. Seminar dimoderatori Dr. Saiful Bahri, MA, lulusan terbaik dengan predikat mumtaz pada jenjang S3-nya di Al-Azhar Cairo.

Menurut Habiburrahman bahwa "kehebatan" alumni madrasah tidak bisa terlepas dari peran para pendidik yang mempunyai keikhlasan dan kesabaran dalam membina para santrinya. Keikhlasan inilah yang menjadikan MAPK-MAKN tetap eksis sampai saat ini, meski keberpihakan anggaran negara belum mengalir ke arahnya. "MAPK Surakarta adalah satu-satunya yang bertahan hingga tahun ini," ujarnya menjelaskan.

Sementara Widiyanto menyampaikan kajian akademiknya tentang idealitas pembelajaran di MAPK. Menurut alumni angkatan 2 ini bahwa proses pembelajaran di MAPK ini sudah berstandar internasional. Ada delapan kompetensi yang ditekankan di dalamnya, yaitu: 1. High motivation; 2. Work ethic; 3. Proficiency in foreign languages; 4. Appreciating and valuing diversity; 5. Proficiency in classical Islamic sciences; 6. Proficiency in modern scholarship; 7. Creativity and readiness for new challenges; dan 8. Readiness to pursue further study at the university. Di akhir pernyataannya, Mas Widiy menyampaikan sebuah pertanyaan akankah madrasah yang menanamkan 8 kompetensi yang lebih memenuhi standar sekolah bertaraf internasional akan dihapuskan?

Semoga kebijakan pemerintah tetap menjaga kualitas itu. Kami menunggu!

(am/dod)


Tags: