Orangtua Pacu Anak Raih Nilai Tertinggi UN

Orangtua Pacu Anak Raih Nilai Tertinggi UN

JAKARTA (Suara Karya): Kendati ujian nasional (UN) tidak lagi menjadi satu-satunya penentu kelulusan siswa, upaya orangtua untuk memacu anaknya mendapat nilai UN tertinggi tidak lantas menjadi kendur.

Selain mendapat pendalaman materi di sekolah, anak diikutkan lagi ke bimbingan belajar (bimbel). Belum lagi ikut les ini dan itu, di sela rutinitas yang bisa berlangsung dari pagi hingga malam hari.

Pengalaman Zita Meirina (47), ibu dari Jo, siswa kelas XII SMA Negeri 1 Bekasi, agaknya bisa menjadi cermin kesibukan itu. Setiap pagi anaknya keluar rumah sejak pukul 05.30 WIB dan baru kembali pukul 20.30 WIB. Setelah mandi dan makan malam, kesibukan Jo berlanjut dengan mengerjakan pekerjaan rumah (PR), yang biasanya baru selesai pukul 11 malam.

"Kadang suka kasihan lihat Jo sampai rumah dengan muka yang letih. Tetapi bagaimana lagi, tak ada keberhasilan yang dilakukan tanpa usaha keras atau no gain no pain. Yang penting, dia mengaku senang atas semua kesibukannya," ujar ibu dua anak ini.

Dia menambahkan, kerja keras Jo dalam menjalankan pendidikannya bukan saja untuk mengejar tanda kelulusan SMA, melainkan juga kursi di perguruan tinggi bergengsi, Institut Teknologi Bandung (ITB). Karena itu, ia rela untuk tiga kali seminggu ikut bimbingan belajar di Ganesha Operation (GO) yang membuka kelas khusus ITB dan privat mata pelajaran fisika di lembaga bimbingan belajar lain.

Disinggung soal dana yang dikeluarkan untuk semua usaha itu, Zita mengaku dirinya merogoh kocek yang cukup dalam. Agar anaknya bisa ikut bimbel di GO, ia harus mengeluarkan uang sekitar Rp 8 juta untuk masa belajar tiga kali seminggu selama satu tahun. Itu belum termasuk biaya les privat fisika 1 kali seminggu, les bahasa Inggris 2 kali seminggu, dan uang jajan sebesar Rp 25 ribu per hari.

"Kami memang sudah menabung jauh-jauh hari untuk persiapan Jo masuk ke perguruan tinggi. Jadi, sudah tidak kaget lagi dengan biaya-biaya ini. Yang penting, impian anak saya masuk ke ITB bisa tercapai," tuturnya menegaskan.

Kesibukan serupa juga dialami Tiwi (34), ibu dari Dian, siswa sekolah dasar (SD) kelas VI. Meski masih tingkat SD, kesibukan yang dilakukan Dian tak kalah dengan kakak-kakak kelasnya. Selain ikut kelas tambahan di sekolah, Dian ikut bimbingan belajar pada siang hingga sore hari.

"Tiga kali seminggu anak saya ikut bimbingan belajar hingga jam 5 sore. Di luar waktu itu, ia ikut les bahasa Inggris sepulang sekolah 2 kali seminggu. Memang sibuk sekali, tetapi ini konsekuensi yang harus dilakukan agar bisa lolos UN dan bisa masuk sekolah negeri favorit," ujar Tiwi, warga Manggarai Selatan, Jakarta.

Sebagai orangtua, menurut Tiwi, ia berharap pemerintah tidak mengubah-ubah jadwal pelaksanaan UN. Apalagi, saat ini sudah mendekati. "Agar anak tidak bingung dan kelabakan akibat mepet-nya waktu," ujarnya.

Sekolah pun ingin melakukan yang terbaik bagi siswa-siswinya. Di SD Negeri IV Cikini, misalnya, jam belajar siswa kelas akhir ditambah dari pukul 13.00 WIB menjadi pukul 15.00 WIB. Kondisi itu, seperti dituturkan Maemunah, guru kelas VI, sudah dilakukan sejak awal November 2010.

"Kami berupaya mempersiapkan dan berharap para siswa bisa mendapat nilai terbaik. Soal kesiapan, tergantung siswanya. Kalau mereka tekun, ya tentu saja bisa mengerjakan," katanya.

Pemerintah telah menetapkan pelaksanaan UN tahun 2011 untuk jenjang sekolah menengah atas/madrasah aliyah/sekolah menengah kejuruan (SMA/MA/SMK) akan digelar pada 18-21 April dan pengumuman kelulusan paling lambat 16 Mei 2011. UN kompetensi keahlian kejuruan SMK dilaksanakan oleh sekolah paling lambat sebulan sebelum UN dimulai.

Sedangkan UN sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs) akan digelar pada 25-28 April 2011 dan pengumuman UN SMP/MTs pada 4 Juni 2011. Untuk pelaksanaan UASBN tingkat SD/MI/SDLB adalah 9-11 Mei 2011.

Tahun ini pemerintah menggunakan formula baru untuk menentukan kelulusan, yaitu nilai gabungan antara nilai UN dan nilai sekolah (US), yang meliputi ujian sekolah dan nilai rapor. Sebelum kelulusan diumumkan, sekolah mengirimkan hasil nilai sekolah untuk digabungkan dengan hasil nilai UN di Kemdiknas.

Selanjutnya, setelah digabungkan dengan formula 60 persen UN ditambah dengan 40 persen nilai US, nilai tersebut dikembalikan lagi ke sekolah. Sekolah merekap dengan mata pelajaran lain. Ada tujuh mata pelajaran lain yang harus lulus. Yang menentukan kelulusan adalah satuan pendidikan atau sekolah.

Seperti dikemukakan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh belum lama ini, peta nilai akan dilakukan analisis tiap sekolah. Bagi sekolah-sekolah yang nilainya rendah, akan dilakukan intervensi. Kemdiknas pada 2010 telah melakukan intervensi dengan memberikan insentif kepada 100 kabupaten/kota yang nilai UN-nya rendah berupa dana Rp 1 miliar sebagai stimulus.

Insentif tersebut diberikan bagi kabupaten/kota dengan persentase kelulusan siswa kurang dari 80 persen dan memiliki indeks kapasitas fiskal. Adapun intervensi program yang dilakukan meliputi peningkatan kompetensi guru dan remedial.

Mendiknas tidak memberikan target khusus kelulusan siswa. Justru yang menjadi target adalah kejujuran pelaksanaan UN. "Itu yang lebih mahal karena dari angka kelulusan tahun lalu sudah 99 persen," kata Nuh seraya menambahkan bahwa pada UN tahun ini tak ada lagi UN ulangan.

Kriteria kelulusan UN disebutkan harus mengikutsertakan nilai sekolah. Untuk tingkat SMA/MA/SMK adalah gabungan nilai rapor semester 3, 4, 5 dan ujian sekolah, sedangkan tingkat SMP/MTs nilai rapor semester 1, 2, 3, 4, 5. Gabungan nilai UN dan nilai sekolah dilaksanakan pusat.

Seseorang dinyatakan lulus UN jika tidak ada nilai gabungan di bawah 4 dan rata-rata di atas sama dengan 5,50. Khusus SMK nilai kompetensi keahlian harus di atas 7,00. (Budi Seno/Tri Wahyuni)


Tags: