PENDAPAT GURU ; Berbagi Pengalaman Menuju IV/b

PENDAPAT GURU ; Berbagi Pengalaman Menuju IV/b

Yogya (KR) SERETNYA kenaikan ke IV/b telah lama dikeluhkan guru. Termasuk yang ditulis Sri Astuti SPd dari SMP N 5 Bantul pada Kolom Pendapat Guru KR (5/5). Jumlah guru di IV/a sangat banyak. Mereka sudah mengajukan, sedikit yang lolos. Lama mengajukan dan banyak biaya yang dikeluarkan. Ternyata tak diakui. Mengapa hal ini bisa terjadi? Adakah solusinya? Ada dua penyebab, internal maupun eksternal. Penyebab internal, tidak sukanya di antara guru untuk membaca sebagai syarat menulis atau meneliti. Selain itu, juga takut mencoba. Faktor eksternal berasal dari sistem dan mekanisme yang mengurusi PAK. Sistem lama, yang naik ke golongan IV, instansi pusat yang mengurusi. Apalagi guru di bawah Kementerian Agama yang termasuk instansi vertikal. Ada dualisme dalam prosesnya. Setelah terkumpul di Kanwil Kemenag Provinsi diteruskan ke Kemenag Pusat lalu diserahkan di Kemdikbud, baru dinilai Tim Penilai PAK. Dilihat dari hasil dengan proses ini sangat sedikit guru yang lolos. Apalagi guru yang tidak terbiasa menulis karya tulis ilmiah (KTI). Berbeda dengan guru Kemdikbud. Telah melibatkan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) yang hampir ada di tiap provinsi. Lembaga semacam ini tidak atau belum ada di Kemenag, hingga diperlukan sikap proaktif dengan terobosan baru. Dari adanya LPMP kian mempercepat proses turunnya IV/b guru Dikbud. Buktinya, banyak guru SD yang lolos ke IV/b dengan modal ëdiktatorí atau membuat diktat pelajaran. Diktat ini ësederhanaí sebab hanya terdiri tiga bagian yakni pendahuluan, isi dan penunjang dengan unsur masing-masing. Sejak di golongan III, penulis telah mengirim KTI maupun karya ilmiah populer di media massa untuk kenaikan pangkat, sehingga poin pengembangan profesi terisi, meski masih dalam status D (Dianjurkan) dan belum W (Wajib). Berada di golongan IV/a sejak 1 April 2006 dan mengajukan ke IV/b pada 3 Juli 2009. Setelah menunggu (sekali lagi menunggu), turun dua kali surat dari Depdikbud tentang KTI yang telah diakui. Pertama, 20 Oktober 2009 baru diakui 2,5. Penulis sempat down, mengirimkan banyak karya tetapi hanya diakui sedikit. Muncul surat kedua 25 Januari 2010 yang mengakui 8 kredit. Inilah KTI yang alhamdulillah telah diakui, artikel ”Sukses Unas: ABCDE” (Kolom Pendapat Guru KR, 28/11 2008), artikel ”Pentingnya Pendampingan Siswa” (Pendapat Guru KR, 6/1 2009), artikel ”Revitalisasi Komite Sekolah” (Pendapat Guru KR, 14/2 2009), Makalah Seminar Internasional ”The Teaching and Learning Process of Science in Gifted Class at SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta: Problem & Solution” - ISBN : 9/8-9/9-98546-4-2 (18/10 2008 di UPI Bandung), Makalah Seminar Pendidikan ”Membentuk Keluarga Pembelajar, Membina Anak Berkarakter untuk Pendidikan Nasional yang Berkualitas” - ISBN : 978-979-15337-3-7 (3/8 2008 di Dinas Pendidikan Kota Semarang), Makalah Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA ”Menggali Nilai Spiritualitas Fisika untuk Menyukseskan Pembelajaran dan Semangat Hidup Siswa” (16/5 2009 di MIPA UNY) dan Buku ”Berkenalan dengan Al-Qurían”- Serial Gerakan Mengamalkan Al-Qurían 1, Penerbit LDPQ (Lembaga Dakwah & Pendidikan Al-Qurían) Yogyakarta, 2009. Akhirnya kami kirimkan KTI susulan, dimuat di Jurnal Ilmiah Guru ”COPE” Lemlit UNY dengan ISSN: 0853-8093, Koran Republika, Rabu, 24/2 2010 serta di Majalah BAKTI Kanwil Kemenag DIY Juni dan September 20100 dengan ISSN: 2087-0078. q - g Penulis, Guru Fisika, KIR & Jurnalistik MAN Yogyakarta III (Mayoga)


Tags: