PENDAPAT GURU ; Pendidikan Karakter Gerakan Kolektif Semua Pihak

PENDAPAT GURU ; Pendidikan Karakter Gerakan Kolektif Semua Pihak

DALAM situasi bangsa yang memprihatinkan, terutama maraknya berbagai kasus penyimpangan seperti korupsi, tawuran antarpelajar dan pornografi, pendidikan karakter tidak sekadar wacana, tetapi sudah menjadi panggilan kesadaran hati kita bersama untuk menyelamatkan nasib generasi bangsa dari kemerosotan moral. Saatnya pendidikan karakter menjadi perhatian kita bersama.
Pendidikan karakter tidak bisa hanya dibebankan pada guru semata, pendidikan karakter harus menjadi gerakan kolektif antara pemerintah, masyarakat dan sekolah, sebagaimana yang disampaikan Prof Dr Rochmat Wahab MPd (KR, 26/8).
Sebagaimana kita ketahui, karakter seorang anak terbentuk oleh lingkungan. Meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga menempati posisi pertama karena tugas mendidik seorang anak pada dasarnya tugas orangtua, adapun sekolah merupakan kepanjangan tangan dari orangtua dikarenakan keterbatasan keilmuan orangtua. Di lingkungan keluargalah sebenarnya karakter dasar seorang anak terbentuk, namun sayang banyak orangtua yang kurang menyadari hal tersebut, sehingga banyak nilai etika yang didapat di bangku sekolah masuk telinga kanan dan ke luar telinga kiri, karena tidak adanya suriteladan, dukungan dan kontrol orangtua.
Adapun sekolah, menempati posisi kedua setelah keluarga. Sebagaimana kita ketahui, hampir semua waktu anak habis di sekolah apalagi sekolah yang memberlakukan sistem full day school. Mau tidak mau anak harus menghabiskan waktu di sekolah. Di sekolah, peranan wali kelas dan guru sangat penting. Namun, karakter bukan sekadar teori, karakter adalah kepribadian yang pembentukannya membutuhkan pembiasaan dan suriteladan. Banyaknya jam mengajar dan administrasi pendidikan yang dibebankan kepada guru mengurangi perhatian guru dalam pembentukan karakter. Guru banyak mengejar kuantitas (jam mengajar) daripada kualitas mengajar (pemahaman siswa). Kasihan siswa yang tingkat pemahamannya rendah ketika guru hanya sekadar mengajar tanpa memperhatikan tingkat pemahaman siswa.
Lingkungan masyarakat, menempati posisi ketiga setelah lingkungan keluarga dan sekolah. Masyarakat yang dihuni individu-individu yang berpendidikan sangat cocok untuk pendidikan anak daripada lingkungan heterogen. Tidak jarang orangtua memilih pindah ke kota karena lingkungan masyarakatnya lebih maju dan mendukung untuk pembentukan karakter anaknya. Oleh sebab itu, peran tokoh masyarakat sangat dibutuhkan untuk membentuk lingkungan masyarakat yang mengedepankan nilai-nilai etika dan moral.
Bila semua komponen telah menjalankan tugas masing-masing, yang terakhir adalah pemerintah. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan tertinggi negara harus membuat aturan yang mendukung terciptanya lingkungan aman, tenteram dan sejahtera, sehingga pembentukan karakter tidak terhambat permasalahan ekonomi yang menyita waktu orangtua, guru dan masyarakat . q - o
*) Penulis, Guru Matematika Madrasah Aliyah Nurul Ummah Kotagede Yogya.


Tags: