Pendidikan Antipetasan

Pendidikan Antipetasan

Oleh Nur Khasanah

SEBUAH ilustrasi sederhana tentang pendidikan antipetasan terjadi di desa penulis, baru-baru ini. Menjelang Ramadan, anak-anak usia TK dan SD mulai gemar menyulut petasan yang dibeli lewat pedagang keliling. Merasa ada yang tidak beres, pihak sekolah setempat berinisiatif melarang anak didiknya membeli/menyulut petasan. Hasilnya, kini suara petasan tak terdengar lagi.

Tradisi menyulut petasan sudah lama mewabah di masyarakat, lebih-lebih menjelang Lebaran. Penggemar petasan bukan hanya kalangan dewasa, tetapi juga anak-anak. Bahkan, anak-anak TK pun menyukai petasan. Apalagi kini petasan didesain dalam berbagai bentuk yang menarik perhatian anak-anak, misalnya model kupu-kupu, gangsing, dan lain-lain.

Karena itu, dibutuhkan upaya penyadaran masyarakat, khususnya anak-anak untuk menjauhi petasan. Salah satunya lewat pendidikan di sekolah. Peran guru sangat signifikan dalam upaya memerangi petasan. Di sela-sela kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas, para guru tidak ada salahnya menyelipkan pesan kepada anak didik agar menjauhi petasan dengan memberikan pemahaman yang utuh mengenai dampak buruk yang ditimbulkan. Bila perlu pihak sekolah memberikan sanksi jika ada anak didik yang terbukti membeli, menyulut, atau mengedarkan petasan.

Lebih Ampuh

Nasihat guru kepada murid diyakini lebih ampuh daripada nasihat orang tua. Otoritas guru dalam kelas memungkinkan anak didik menjadi taat dan mau mengubah perilaku buruknya. Salah satu indikator keberhasilan pendidikan di sekolah antara lain ditandai oleh perbaikan tingkah laku anak didik.

Memang ada faktor lain yang menumbuhsuburkan tradisi petasan, yakni pihak pabrikan dan pedagang. Meskipun kerap dirazia polisi, mereka tidak jera memproduksi dan mengedarkan benda berbahaya tersebut. Biarlah aparat yang menindak para pelanggar aturan. Tugas orang tua di rumah dan guru di sekolah adalah membimbing anak-anak agar memiliki jiwa antipetasan.

Jika ideologi antipetasan ini sudah terpatri kuat dalam benak masyarakat, maka pabrik dan penjual petasan akan hilang dengan sendirinya. Masyarakat bisa menjalankan ibadah puasa dan merayakan Lebaran dengan tenang tanpa diresahkan suara dentuman petasan yang memekakkan telinga.


Tags: