Pendidikan Stagnan

Pendidikan Stagnan

SEMARANG- Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Dr H Sulistiyo MPd menilai selama dua tahun terakhir ini pendidikan di Indonesia mengalami stagnasi, bahkan bisa dikatakan menurun di bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Restrukturisasi yang dilakukan di Kementerian Pendidikan nasional (Kemdiknas) menimbulkan persoalan serius.

Salah satu contoh adalah dihapusnya Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Mutu Tenaga Kependidikan (PMTK), di mana hal itu menyebabkan persoalan guru terbengkalai, misalnya sertifikasi tidak lebih rapi atau tidak dirancang dengan sungguh-sungguh.

”Selain itu, tunjangan profesi guru yang diberikan terlambat hingga tujuh bulan. Juga pembinaan guru mengalami kemacetan, sehingga kinerja guru sekarang ini lebih banyak mengarah ke administratif dan kinerja profesional tidak terjaga dengan baik,” katanya di rumahnya sesaat sebelum berbuka puasa dengan warga dan 86 santri dan Pengurus Pondok Pesantren Darus Saadah Kelurahan Malangsari, Kecamatan Tlogosari, Minggu petang.

Menyangkut persoalan perbaikan gedung sekolah atau ruang kelas, anggota DPD RI asal Jateng itu menilai seperti tidak terlihat atau dilakukan. Hal itu terjadi, karena dulu ada dana hibah, sekarang diubah menjadi lelang.

Akibatnya, sekarang ini banyak yang tidak berani mengambil dana tersebut atau tidak melaksanakannya, karena waktunya yang sangat mepet.

Sangat Nyata

Di bagian lain Sulistiyo juga mengingatkan, di daerah-daerah seperti pedesaan, pedalaman, dan pantai masih kekurangan guru.

”Saya melihat pemerintah tidak segera melakukan upaya untuk menyebarkan guru dengan baik, bahkan sekarang banyak kesulitan, karena pengangkatan PNS masih belum mampu memenuhi kekurangan guru di daerah pedesaan dan pedalaman. Sementara tenaga honorer sudah tidak boleh lagi diadakan,” ungkapnya.

Dia mengemukakan, sekarang kepala sekolah sering mencari-cari cara untuk mengatasi kekurangan guru dengan mengangkat tenaga-tenaga wiyata bakti versi sekolah seadanya.

”Saya sebut seadanya, karena di kampung-kampung sering hanya lulusan SMA diangkat menjadi guru SD semata-mata untuk mengatasi kekurangan. Hal ini bisa menjadi persoalan serius kalau tidak segera diatasi. Karena kondisi yang seperti itu cukup banyak terjadi. Bahkan, di sekitar Jakarta pun masih sering saya jumpai kekurangan seperti itu, apalagi di daerah yang jauh,” ungkapnya. (E1-37)


Tags: