Pengelola PT Harus Dekat dengan Mahasiswa

Pengelola PT Harus Dekat dengan Mahasiswa

SEMARANG - Guna menangkal maraknya ajaran sesat seperti Negara Islam Indonesia (NII) di berbagai perguruan tinggi (PT), Kementerian Pendidikan Nasional mengharuskan para pengelola PT terutama para pemimpinnya agar lebih intens mengurus para mahasiswa.

"Kalau para mahasiswa tidak diurus dan diawasi secara langsung, pasti akan diurus orang lain dari luar kampus. Kalau pihak luar kampus yang mengurus, sulit dikontrol apa yang diajarkan kepada para mahasiswa. Pokoknya, di tengah suasana maraknya terorisme hingga perekrutan kader teroris, pengelola PT harus mengencangkan ikat pinggang. Terutama mengawasi berbagai kegiatan kemahasiswaan," kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional Prof Dr Djoko Santoso MSc, seusai menjadi pembicara seminar di IAIN Walisongo Semarang, baru-baru ini.
Diarahkan Djoko menilai, NII pada dasarnya semacam pemikiran yang menyimpang dari karakter dan kaidah keindonesiaan. Selain juga menyimpang dari aturan negara. Tentu, sangat membahayakan generasi muda yang sedang mencari identitas. "Kita harus mencegah ajaran sesat itu berkembang di lingkungan PT," tandasnya.

Kegiatan kemahasiswaan, menurut Djoko, harus diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang produktif. Misalnya kegiatan yang terkait dengan bidang profesi yang nantinya digeluti mahasiswa, seperti keinsinyuran. Selain itu, berbagai kegiatan yang berkaitan dengan keolahragaan, kebudayaan, ilmu-ilmu kemasyarakatan termasuk pers mahasiswa, dan koperasi.

"Inilah yang harus diintensifkan di berbagai PT. Guna menangkal ajaran sesat terutama NII, belum perlu melakukan redefinisi kurikulum PT. Pokoknya, intensifkan mengurus dan sering mengobrol dengan mahasiswa, pasti ajaran sesat tak bisa memengaruhinya," ujarnya.

Dalam berbagai kegiatan di kampus, pihaknya selalu mengimbau pengelola kampus lebih dekat kepada para mahasiswanya. Jika hubungan dekat, pasti kalau ada hal-hal yang aneh, dibicarakan oleh mahasiswa kepada pengelola kampus.

Meski begitu, khusus untuk kegiatan kemahasiswaan Rohani Islam, pihak PT harus mengawasi lebih jeli dan teliti. Karena, tak sedikit para penganut ajaran NII merupakan "alumnus" Rohani Islam.

Djoko juga meminta, berbagai media televisi jangan memberitakan secara detail perihal uraian cara membuat bom. "Ini tidak perlu. Cukup disebutkan saja si A bikin bom, jangan diterangkan campuran bomnya apa. Kalau begini, orang yang tadinya tidak mengerti, dikhawatirkan ingin mencoba. Apalagi kalau berita itu diulang-ulang," tutur dia.


Tags: