Penguatan Manajemen PTKI Menuju <i>World Class University</i>

Penguatan Manajemen PTKI Menuju <i>World Class University</i>

Bandar Lampung (Pendis) - Ajang forum rektor perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) yang dihelat dalam rangkaian acara Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-XVI menjadi sarana memperkuat silaturahim, kerjasama, dan pemikiran ilmiah seluruh PTKIN yang ada.

Dalam forum rektor PTKIN (01/11/16), hadir dua pembicara internasional yakni Prof. James Arvanitakis (University of Western Sydney) dan Josephine Ratna M.Psych., PhD (Australian Technology Network or Universities) dimana keduanya memaparkan tentang pentingnya penguatan manajemen pendidikan tinggi Islam demi terwujudnya World Class University.

Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) seringkali mengalami dinamika permasalahan dalam usaha meningkatkan kualitasnya menuju pencapaian universitas berkelas dunia. Salah satunya adalah dalam menghasilkan peserta didik berkualitas yang dapat beradaptasi dan bersaing secara sehat.

"Hal ini dikarenakan dunia selalu mengalami perubahan cepat seperti halnya teknologi yang tentu saja akan berdampak kepada hilangnya beberapa jenis pekerjaan tertentu", ujar James. Oleh karena itu, dalam hal ini keterkaitan isi mata kuliah dan kurikulum bagi universitas harus relevan dengan mempertimbangkan elemen media, aktivitas organisasi swadaya masyarakat, dan kebutuhan perusahaan. James percaya bahwa untuk menuju World Class University, universitas harus mempunyai lima pilar yang mesti diperhatikan.

Pertama; warga negara yang terpelajar artinya universitas harus memperhatikan unsur kreativitas, etika kepemimpinan manusia, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerjasama dalam berbagai hal, juga ketahanan mental dalam beradaptasi.

Kedua; fokus penelitian universitas yang diarahkan kepada peningkatan pengetahuan global, pembangunan regional dan nasional, mendorong inovasi, kompetisi internasional antar universitas, serta pembangunan research center of excellence. Selainn itu, dibutuhkan strategi, perencanaan manajemen, penentuan prioritas serta evaluasi proses menjadi penting bagi kampus berbasis riset.

Ketiga; adaptasi dalam hal tantangan ekonomi dan permasalahan nasional dimana universitas harus mengubah beberapa sektor sumber pengetahuan secara masif dengan bukti yang relevan dengan kebutuhan masa depan mahasiswa.

Keempat; adanya kolaborasi penelitian dengan laboratorium-laboratorium penelitian, pemerintah, industri, universitas dan organisasi lainnya. Universitas haru kreatif dan mencari partner yang tepat. Selain itu, aspek keuntungan bersama dan memiliki target terukur. Hal ini dikarenakan supaya evaluasi dan sukses gagal bisa direview.

Pilar kelima; bagaimana universitas harus fokus kepada kebutuhan masa depan manusia seperti teknologi dan kesesuaian kurikulum. Hal ini karena populasi usia produktif Indonesia terus bertambah.

Sementara Josephine Ratna lebih spesifik telah menjelaskan bahwa konsep World Class University bisa tercipta ketika ada perbaikan talenta akademik, sumber keuangan, otonomi dan kebebasan akademik. Talenta akademik berkaitan dengan kualitas mahasiswa, dosen, staf, dan peneliti.

Dalam hal anggaran, universitas bisa memperolehnya dari pemerintah, iuran semester, bantuan penelitian dan penerimaan abadi lainnya. Sedangkan otonomi dan kebebasan akademik harus sesuai dengan aturan dan framework yang bermanfaat bagi mahasiswa, akademisi, perusahaan, peneliti, pemerintah, masyarakat, dan lingkungan.

"Berbagai perbaikan harus dianalisis kualitasnya, kuantitasnya, biaya dan kebermanfaatannya. Selain itu, winning team juga mesti diciptakan disertai dengan monitoring dan evaluasi lainnya. Winning team tidak harus selalu sukses dan berhasil, akan tetapi ada kebanggaan, budaya dan mentalitas positif yang melekat dalam diri mereka", jelas Josephine.

(sya/zak/ra)


Tags: