Penyusunan Buku Pengayaan PAI Harus Memperhatikan Kekinian dan Kedisinian

Penyusunan Buku Pengayaan PAI Harus Memperhatikan Kekinian dan Kedisinian

Tangerang (Pendis) - Guru agama di samping harus memiliki kompetensi utuh dan pengetahuan yang cukup, juga harus memiliki kemampuan menanamkan nilai-nilai luhur ajaran agama Islam sebagai basis moral, etika, dan akhlak mulia kepada peserta didik. "Belajar agama bukan berarti untuk menjadikan ahli agama semata, tetapi bagaimana siswa paham agamanya, mau melaksanakan ajaran agamanya, dan memiliki akhlak mulia," tegas Direktur PAI Imam Syafe`i, pada kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru dan Pengawas PAI pada Sekolah yang dilaksanakan di The Days Hotel Tangerang, 14 s/d 16 Desember 2016.

Kegiatan yang didesain untuk me-review buku teks merupakan tindaklanjut dari kegiatan penyusunan yang dilaksanakan di Batam bulan November lalu (23-25 November 2016), membahas seputar peningkatan dan pengembangan materi PAI, yaitu pengembangan Islam rahmatan lil alamin (ISRA) dalam buku pengayaan PAI SMP.

Terkait dengan penyusunan buku, menurut Direktur, ada tiga hal yang harus menjadi perhatian, agar pembaca memiliki alasan kuat untuk membacanya. Pertama, penulis. Jika penulis sudah berkaliber, memiliki jam terbang tinggi dengan karya-karyanya yang selalu sukses, maka resistensinya akan berkurang. Kedua, kekinian. Tulisan tidak hanya sekedar pemenuhan hasrat dan keinginan, tapi juga harus mengikuti perkembangan zaman yang berlaku saat buku ditulis. Ketiga, kedisinian. Dalam hal menulis, tentu juga harus memperhatikan kearifan lokal (local wisdom), adanya penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. "Ada tiga faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan buku: penulisnya; kekinian; dan kedisinian," ujarnya.

Dalam pandangan Direktur, karena buku yang disusun ini adalah buku pengayaan, dan diharapkan menjadi alternatif selain buku teks. Karenanya buku pengayaan ini harus lebih komprehensif, lebih membumi dalam konteks keindonesiaan, lebih mengayomi, dan tidak terjebak ke dalam paham-paham ekstrim.

"Menulis buku, sama dengan mengerjakan proyek-proyek besar yang lain, harus ada tahapan-tahapan, dan terakhir harus dipublikasikan kepada khalayak untuk memperoleh pandangan," pungkasnya. (ozi/dod)


Tags: