Perlu Keseimbangan Akademik dan Karakter

Perlu Keseimbangan Akademik dan Karakter

MENYIAPKAN generasi emas 2045 menjadi tugas penting yang diemban institusi pendidikan saat ini. Apalagi tidak sekadar kemampuan akademik (keilmuan) saja yang mesti dipenuhi, melainkan dilengkapi dengan karakter. Keseimbangan akademik dan karakter itulah yang perlu disiapkan sejak sekarang.

Hal itu disampaikan Rektor IKIP PGRI Semarang Dr Muhdi SH MHum dalam diskusi ilmiah ”Menyiapkan Pendidikan Generasi Emas Anak Bangsa untuk Mencapai Indonesia Emas” yang diselenggarakan Universitas Muria Kudus (UMK) di auditorium kampus, Senin (8/4).

”Keseimbangan penguasaan ilmu (akademik, keterampilan, dan karakter merupakan faktor kunci menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif,” ujarnya di depan ratusan peserta yang terdiri atas pelajar, mahasiswa, guru, dan dosen dari Kudus dan sekitarnya.

Dia mengutarakan, proses pembelajaran tidak cukup sekadar meningkatkan pengetahuan melalui core subjects, melainkan harus dilengkapi dengan kemampuan kritis-kreatif, karakter kuat yang didukung pula dengan kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

”Dengan inilah, harapan mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan 12 besar dunia pada 2025 dan 8 besar dunia pada 2045 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif dan berkelanjutan akan terwujud,” paparnya.

Usia Produktif

Ketua Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah Prof Dr DYP Sugiharto MPd Kons mengemukakan, suatu bangsa akan maju apabila generasi yang mengganti lebih baik dari generasi yang diganti. ”Maka menjadi tugas dunia pendidikan di generasi sekarang untuk menyiapkan generasi mendatang lebih baik dan berkualitas.”

Menurutnya, pada 2010- 2035, Indonesia mendapatkan bonus demografi berupa populasi usia produktif yang paling besar sepanjang sejarah berdirinya negara ini. ”Populasi usia produktif ini lah yang akan menjadi modal membangun generasi Indonesia emas 2045 mendatang,” ungkapnya.

Namun menurutnya, bonus demografi ini perlu didukung oleh berbagai hal lain. ”Ke depan, perlu ada perubahan pola hidup, pola pikir, kecakapan merespons kompleksitas masalah, berpikir jernih, kritis, kreatif, dengan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan,” katanya.

Rektor UMK Prof Dr dokter Sarjadi SpPA menilai perlunya memberi ruang anak mengasah kemampuan berbicara, mendorong berkembangnya kreativitas dan kemampuan inovatif serta melatih kemampuan menganalisis.

”Pendidik, baik guru maupun dosen, harus memfasilitasi anak didik atau mahasiswanya mengerjakan dan mempraktikkan apa yang dipelajari di lingkungan sekitarnya. Beri mereka perhatian, ajak berdiskusi tentang bidang yang diminatinya, lalu dorong terjun ke masyarakat,” tuturnya.

Selain ketiga narasumber, ada beberapa narasumber lain yang memaparkan sesuai bidang (kompetensi) masing-masing. Mereka adalah Ir H M Tamzil (Staf Ahli Gubernur Jawa Tengah), Ir Erdi Nurkito MSc (tokoh masyarakat), dan Muslimin SPd (praktisi community learning). (Rosidi-60)


Tags: