Perpustakaan Sekolah Jadi Gudang Buku

Perpustakaan Sekolah Jadi Gudang Buku

SEMARANG- Perpustakaan sekolah hingga kini cenderung hanya menjadi gudang buku yang belum didayagunakan untuk meningkatkan intelektual siswa. Bahkan, seringkali pengelola enggan meminjamkan buku-buku tertentu kepada siswa dengan alasan berharga mahal dan takut rusak. Hal itu diperparah dengan ketiadaan pengelolaan yang baik dan banyaknya petugas perpustakaan sekolah yang kurang ramah pada siswa.

Tak heran jika hingga kini para siswa tidak menjadikan perpustakaan sebagai tempat kunjungan utama di saat sela atau istirahat. Mereka lebih suka datang ke kantin. “Kondisi ini sungguh ironis. Harusnya perpustakaan menjadi pusat atau jantung kegiatan akademik di sekolah serta pusat pengembangan iptek dan kesenian. Saat senggang siswa mestinya lebih memilih datang, bahkan nongkrong di perpustakaan,” kata Wakil Rektor I IKIP PGRI Semarang Ngasbun Egar MPd di sela-sela pelatihan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah yang diadakan UPT Perpustakaan IKIP PGRI di Aula Perpustakaan, Sabtu (29/1).

Pada acara yang diikuti 200 pengelola perpustakaan tingkat SD hingga SMA itu, dia menekankan agar pengelolaan perpustakaan sekolah dilakukan secara profesional dan sesuai standar pengelolaan yang tepat. Diantaranya penataan buku harus rapi dengan adanya katalogisasi, pengelompokan buku sesuai kategori, serta peminjaman dan pengembalian buku yang sederhana.
“Semakin rumit semakin tidak menarik siswa,” ungkapnya.

Online

Dia mengatakan, akan lebih baik jika di tingkat SMA pelayanan perpustakaan sekolah dilakukan dengan online untuk semakin mempersingkat pelayanan dan mempermudah administrasi pengelolaan. Misalnya, memperbanyak ebook, termasuk ensiklopedi dan kamus digital. “Namun, jangan dipaksakan penerapan sistem online, karena bisa saja tidak efektif. Yang penting, siswa bisa mengoptimalkan fungsi perpustakaan,” jelasnya.

Penyebab utama belum optimalnya fungsi perpustakaan sekolah, menurut Ngasbun, lebih disebabkan pengelola tidak menguasai manajemen pengelolaan dan belum perhatiannya pengambil kebijakan sekolah untuk “menyulap” perpustakaan menjadi menarik.

“Pengelola amat sentral menumbuhkan minat baca siswa. Karena itu, mereka jangan galak kepada siswa. Kesejahteraan juga perlu diperhatikan,” tuturnya.
Banyak pertanyaan menarik yang dilontarkan peserta kepada tentor yang semuanya pengelola perpustakaan IKIP PGRI yang kini menerapkan sistem digital library garden. Di antaranya cara pengelolaan perpustakaan sekolah, pengembalian, dan peminjaman yang tepat.

Salah seorang tentor, Zulfikar Husain menuturkan, software pengelolaan bisa dibuat sendiri atau membeli. “Ada pula yang gratis dari internet seperti CDS/ISIS dan Senayan. Software perlu agar pengolahan data koleksi lebih akurat dan cepat ditelusur kembali,” katanya. (H70-37)


Tags: