PGSD Masih Dianggap Lapis Kedua

PGSD Masih Dianggap Lapis Kedua

SEMARANG (Suara Merdeka)– Upaya menghilangkan pandangan diskriminatif terhadap Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), mengantarkan Sri Setyaningsih MPd meraih gelar doktor dari Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Malang (UNM), baru-baru ini.

Dosen Prodi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) IKIP Veteran (Ivet) Semarang itu, berhasil mempertahankan disertasi berjudul "Pengelolaan Program Studi PGSD pada Tiga Perguruan Tinggi di Jateng" di depan tim penguji, antara lain Prof Dr Willian Mantja MPd, Prof Dr Bambang Budi Wiyono MPd, dan Dr Kusmintardjo MPd.

Dia mengatakan, Prodi PGSD acap kurang mendapat perhatian, karena berada dalam kelompok kependidikan yang masih dipandang sebagai second layer (lapis kedua) pada sebuah perguruan tinggi (PT). Bahkan, di lingkungan kependidikan sendiri pun prodi itu dianggap inferior karena berlabel sekolah dasar, level yang dianggap rendah. Menata Kelembagaan Semua pihak tidak bisa terus mempertahankan cara pandang diskriminatif dan salah kelola itu.

Pandangan ini justru akan menjadikan PGSD sebagai institusi pencetak guru yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, menyebabkan pembentukan kompetensi profesional calon guru SD tidak berjalan secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan hal tersebut, ia mengajukan judul disertasi itu guna mengkaji pengelolaan PGSD.

Kajian itu sebagai dasar untuk menata dan meningkatkan kelembagaan perguruan tinggi dalam berpartisipasi mendidik dan menyiapkan calon guru SD di Tanah Air. Dekan FPIPS Ivet Dra Marhaeni DS MSi mengapresiasi Sri Setyaningsih yang telah meraih derajat doktor. Dengan makin banyaknya dosen lulusan S-3, FPIPS dapat lebih cepat berkembang. Saat ini ada enam dosen tetap fakultas itu yang tengah menyelesaikan program doktor di beberapa PTN di Indonesia. "Kami berharap mereka bisa cepat merampungkan studi dan lebih berkonsentrasi di kampus." (C27-37)


Tags: