Professor Fatah Syukur: Madrasah Diniyah Takmiliyah Jangan Hilang Ditelan Zaman

Professor Fatah Syukur: Madrasah Diniyah Takmiliyah Jangan Hilang Ditelan Zaman

Semarang (Pendis) - Kewajiban kita semua untuk mengamankan Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) agar tetap eksis tidak habis ditelan zaman. Salah satunya ditentukan oleh kedisiplinan kita menyediakan data.

"Suatu saat data ini akan berbicara, seberapa banyak terjadi perubahan lembaga pendidikan keagamaan, juga berapa lembaga pendidikan yang berpindah haluan". Demikian dikatakan Fatah Syukur Guru Besar Pendidikan Islam UIN Walisongo di hadapan para Operator Sistem Informasi dan Manajemen Madrasah Diniyah Takmiliyah (SIMMDATA) Jawa Tengah, pada Minggu (20/01) di Manyaran Semarang.

Fatah menuturkan negara Jepang melarang membicarakan agama di sekolah, meskipun ada sumber ajaran moral di sekolah itu. Hal demikian juga sama di Manila, yang membatasi membicarakan agama di dalam dunia pendidikan.

"Bisa saja kita di Indonesia mengalami pergeseran yang sama seperti di Jepang dan Manila, suatu saat akan ada pembatasan membicarakan urusan agama di dunia pendidikan kita," tutur Fatah.

Karenanya lanjut Fatah Syukur, pengamanan atas database itu sangat penting. Ke depan, data ini harus konkrit, yang akan menginformasikan berapa jumlah lembaga MDT, ketersediaan ustadz/guru, dan jumlah santrinya berapa, sehingga kalau pemerintah misalnya ingin memberikan bantuan bisa konkrit dan tidak salah alamat.

Guru Besar Pendidikan Islam ini mengingatkan, perjuangan kita ke depan masih panjang, baik untuk umat maupun penegakan regulasi-regulasi pendidikan keagamaan Islam. "Siapa yang akan memikirkan MDT, kalau bukan kita sendiri. Kepercayaan diri yang tinggi harus ditumbuhkan di kalangan ustadz dan pengurus FKDT," katanya.

Menghadapi tata kota yang terus berubah, Fatah mewanti-wanti agar komunitas MDT menyikapinya, agar lembaga pendidikan keagamaan ini tidak tergerus oleh modernisasi. Contohkan di kawasan Mijen Kota Semarang, yang asalnya hutan karet, sekarang sudah berubah menjadi kawasan pemukiman, pendidikan modern, dan kawasan industri.

"Bisa jadi MDT juga demikian, karena tidak ada data kelembagaannya kemudian dianggap sudah mati dan ini sangan membahayakan," tandas Fatah.

Nur Syahid Ketua Dewan Pimpinan Wiayah Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPW FKDT) Jawa Tengah berharap semoga jajarannya memahami dengan betul apa arti pentngnya data untuk pengembangan MDT di masa depan.

Kegiatan Bimbingan Teknis bagi Operator SIMMDATA se-Provinsi Jawa Tengah dilaksanakan oleh DPW DKDT Jawa Tengah pada tanggal 19-20 Januari 2019 di Aula Al Muna Manyaran Semarang. (MAH/RB/dod)


Tags: