Program ARFI ke Tunisia Menjadi Momentum Pertukaran Gagasan keIslaman dan Kebudayaan

Program ARFI ke Tunisia Menjadi Momentum Pertukaran Gagasan keIslaman dan Kebudayaan

Jakarta (Pendis) - Ahmad Atabik, peserta program ARFI yang diberangkatkan Kemenag RI ke Tunisia menceritakan pengalaman belajar ilmu keislaman di Universitas el-Zeitouna dan kebudayaan di Tunisa.

"Alhamdulillah, lima belas hari yang lalu (15/10/2016) kami peserta ARFI (Academic Recharging for Islamic Higher Education) Kemenag RI 2016 telah menginjakkan kaki di Tunisia. Di minggu pertama, kami ditempa dalam sembilan (9) pertemuan (daurah takwiniyah) oleh para guru besar Universitas el-Zeitouna. Tentunya hal ini akan membekali kami dalam berkhidmah di perguruan tinggi di mana kami bernaung dan juga di masyarakat di mana kami mengabdi, setelah kami kembali ke tanah air nanti", ujarnya.

Sebagaimana diketahui, ARFI merupakan program dalam rangka penguatan ketenagaan/ SDM dan penguatan kelembagaan. Program ini diperuntukkan bagi pengajar/ dosen yang menempuh jenjang S3 dan tengah menulis disertasi hingga bab IV. Tahun 2016, sebanyak 18 peserta dinyatakan lulus program ARFI dengan rincian 10 orang pergi ke negara tujuan berbahasa pengantar Arab (Arabic Speaking Countries), yaitu Tunisia dan 8 orang melanjutkan ke negara tujuan berbahasa pengantar Inggris (English Speaking Countries), yaitu New Zealand.

Selain berkunjung ke Universitas el-Zeitouna, para peserta juga mengunjungi situs-situs bersejarah di Tunisia. Kunjungan itu dilakukan pada minggu kedua, yakni ke makam Sidi Abou Saed (guru imam asy-Syadzili, pendiri thoriqah Syadziliyah), Makam Sidi Abu Zam`ah al-Balawi di Kota Kairouan, masjid Uqbah bin Nafi` (didirikan oleh sahabat Nabi yang bernama Uqbah bin Nafi` bin Abdil Qais Al-Fihri al-Quraisy, seorang panglima dan penakluk tanah Afrika "Mrank Afrika"). Selain itu kami juga berkesempatan mengunjungi situs peninggalan Romawi kuna di el Jem Tunisia, al-Mashrah ad-Dairi (teater). Sebuah tempat pertunjukan berbentuk bulat, konon tempat ini merupakan tempat bergulat para gladiator.

Di hari berikutnya para peserta ARFI berkunjung ke Universitas el-Manuba untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman tentang pengelolaan dan pelayanan perguruan tinggi di Tunisa-Indonesia. mereka mengunjungi universitas el Manuba di kompleks Fakultas Sastra, Seni dan Humaniora. Universitas ini merupakan universitas terbesar kedua di Tunisia. Para peserta ARFI antusias dalam berdiskusi dan berbagi pengalaman dengan pimpinan universitas tentang pengelolaan perguruan tinggi di Indonesia dan Tunisia. Pembicaraan lain adalah kemungkinan kerjasama kampus dengan el Manuba.

Setelah pertemuan, dilanjutkan menuju Math`am al Jami`i (kantin kampus). "Kita melihat pelayanan sangat bagus, tersedia menu yang sama yang sudah disiapkan oleh pramusajinya. Setelah membeli karcis seharga 800 milim (sekitar Rp.4000), kami ikut thabur (antre) bersama mahasiswa Tunisia. Makanan yang tersaji cukup enak, bergizi dan murah. Sebab, kantin kampus ini merupakan subsidi pemerintah Tunisia untuk meringankan beban pembiayaan hidup di kampus", kata Atabik yang juga dosen STAIN Kudus.

Semua pengalaman yang didapat selama di Tunisia sangat menarik. Namun, di antara yang paling menarik berhubungan dengan ritual keagamaan adalah pelaksanaan shalat Jum`at di Tunisia. "Sebuah pengalaman baru bagi kami sholat Jum`at dinegara yang bermadzhab Maliki. Di Tunisia sholat Jum`at tidak hanya dilakukan pada awal waktu saja, namun ada dua (gelombang) waktu lain, yaitu jam 2 (gelombang kedua) dan 10 menit sebelum waktu Ashar datang (gelombang ketiga). Konon, pemerintah Tunisia telah mengatur masjid-masjid mana saja yang melaksanakan gelombang pertama, kedua dan ketiga", pungkasnya.

(ogie/ra)


Tags: